14. Mulai Membenci

643 104 101
                                    

Dalam gelapnya dunia kamu menyinariku dalam kesepian yang mendalam. Menuntutku untuk selalu tersenyum akan keadaan apapun. Tapi nyatanya itu semua sudah berakhir sejak kemarin kau meninggalkanku dalam sebuah kepedihan.

-Raina Alexandria-

《-》

"Kamu gapapa kan, Bunda tinggal?" tanya Halima yang kini mulai menarik selimut sampai di batas leher Raina.

"Gapapa, Bun. Nanti kalau ada apa apa Raina bisa minta bantuan suster kok. Iya kan Sus?" tanya Raina pada suster yang kini ada di sebelah Halima.

"Iya, Bu. Ibu tidak perlu khawatir saya akan siap siaga 24 jam menemani Raina."

"Yaudah kalau gitu, Bunda pulang dulu ya. Kamu baik baik di sini. Nanti, Bunda kesini jam 5 untuk menjemput kamu." ujar Halima yang kini mencium dahi Raina. Raina hanya menganggukkan kepala tanda mengerti dan menjawab.

Ketika Halima sudah menghilang di balik pintu Suster mulai mendekat dan mulai mengatur cairan yang mulai masuk ke dalam tubuh Raina.

"Kalau begitu Raina tidur dulu ya. Nanti suster balik lagi ke sini." ujar Gina, suster perawat yang menjaga Raina. Raina hanya menganggukkan kepala sekilas lalu mulai memejamkan mata guna mengembalikan energi.

Gina hanya tersenyum lalu mulai membuka pintu dan menutupnya dengan hati hati.

《-》

Perang mulut antara Razir dan Rafi masih terus berlanjut hingga sekarang. Mereka masih berkumpul berempat tapi setiap Razir berbicara Rafi pura pura tidak dengar begitupun sebaliknya.

Handy dan Bryan hanya bisa menghela nafas melihat sahabatnya itu. Mereka berantem hanya masalah sepele yaitu Raina.

"Mau sampe kapan kalian saling diam begini?" tanya Handy yang melihat Razir dan Rafi. Razir hanya acuh mendengar perkataan Handy sedangkan Rafi hanya mengedihkan bahu.

"Hal sepele aja kalian sampe diem dieman gini apalagi kalau Raina pergi dari hidup kalian berdua." tutur Bryan.

"Raina akan selalu di sisi gue," ujar Rafi yang kini mulai membuka suara.

"Nggak semua yang lo harapkan akan terjadi, Raf. Raina gak akan di sisi lo setiap waktu. Kalau dia bosen dia bisa pergi dari lo," ujar Handy yang memanas manasi Rafi.

"Gue akan selalu membuat Raina nyaman dengan gue." ujar Rafi menaikkan satu oktav nadanya.

"Gimana cara lo buat Raina selalu ada di sisi lo?" tantang Handy.

"Dengan cara gue sendiri," ujar Rafi dengan mudah.

"Yang datang pasti akan pergi." ujar Razir yang kini mulai melangkah keluar dari dalam kelas.

Bryan, Handy dan Rafi pun terkejut mendengar ucapan Razir.

Tapi, mengapa Razir begitu sensitif jika Rafi terlalu dekat dengan Raina?

《-》

Raina termenung di dalam kamar Rumah sakit. Ia hanya sendirian dan duduk di atas tempat tidur sambil menatap langit langit kamar Rumah sakit.

RanzirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang