45. Terkuak

141 21 65
                                    

Razir kemudian terdiam, membuat Rendy yang tadinya menunggu bertanya bertanya, mengapa terdiam dan tak segera membuka masker pria itu.

"Kenapa Razir?"

Razir menengok, lalu menggeleng sebagai jawaban.

Razir kemudian mendekat, membuat pria itu mundur hingga Razir harus maju dan pria itu tersudutkan ke dinding.

Perlahan demi perlahan, tangan Razir mendekat, berusaha untuk membuka masker itu membuat pria itu menggeleng kekanan dan kekiri karena kedua tangannya di taruh dibelakang oleh anak buah Rendy.

Hingga Razir tau, bahwa dunianya terhenti saat itu juga. Masker yang ia bawa jatuh hingga air mata itu jatuh tanpa ia sadari melihat seorang dalang dibalik peculikan Raina adalah papanya sendiri.

Razir tak tau harus mendeskripsikan seperti apa. Rasanya seluruh aliran darahnya terhenti, nadinya terputus.

Tak pernah terbayangkan olehnya, papanya sendiri melakukan hal sekejam ini. Ingin membunuh gadis yang ia sayang. Apakah jangan jangan ini ada hubungannya dengan kematian mama dan kakeknya?

Sementara itu Rendy yang melihat itu tak kalah terkejut. William, teman sedokterannya yang ia sudah anggap seperti saudaranya itu ingin membunuh keponakannya?

Harusnya waktu itu ia mempercayai sekretarisnya yang mencurigai William pergi. Mengapa bisa ia sampai tak tau?

Sementara itu, William yang sudah tertangkap basah hanya menatap Rendy dengan dendam. Ia marah pada dunia, mengapa mereka semua tak bisa memihak dirinya yang ingin membunuh Raina?

Ia bahkan tak bisa membayangkan jika Razir akan membenci dirinya. Ia memang tak pernah tau bagaimana kehidupan Razir setelah istri dan ayahnya meninggal dunia.

Ia mementingkan balas dendam itu, hanya itulah yang membuat ia puas sampai melupakan Razir, anak satu satunya yang tersisa.

"Aku kecewa sama papa!" Ujar Razir bangkit.

"Apa yang kamu ketahui Razir tentang kecewa?!"

"Apa yang kamu ketahui tentang kecewa setelah papa memberitahukan hal ini."

"Mama dan kakekmu dibunuh oleh ayahnya." Razir bingung bercampur tegang, tak pernah terbayangkan olehnya.

"Jangan menuduh William!" Ujar Rendy tersalur emosi.

Raina yang mendengar nama ayahnya itu langsung menatap ayahnya Razir dengan tatapan yang tak bisa dijelaskan. Apakah ayahnya membunuh mama dan kakeknya Razir?

"Siapa yang tau tentang itu semua Rendy! Kau bahkan tak tau apa apa!" Ujar William dengan marah.

"Ayahnya Raina nggak mungkin kayak gitu papa. Kalau maksud papa bikin aku benci sama Raina, papa nggak berhasil." Ujar Razir.

"Kamu bahkan nggak percaya sama papa? Kamu itu anak papa bukan budak dia, Razir!" Ujar William marah.

"Aku emang anak papa, tapi aku nggak merasa papa nganggep aku anak papa. Papa terlalu mementingkan pekerjaan papa daripada anak papa sendiri. Padahal aku butuh papa saat mama dan kakek pergi." Ujar Razir yang mengungkapkan isi hatinya pada William.

"Kamu harusnya bisa ngertiin papa Razir! Papa kerja juga buat kamu!"

"Tapi apa yang papa kerjain salah. Papa ngabain aku selama ini hingga aku ngerasa aku nggak punya papa."

"RAZIR!" William berdiri, hendak memberitahu kebenaran bahwa apa yang diucapkan dirinya benar.

"Tau dari mana Kakakku membunuh istri dan ayahmu William?" Rendy sekarang mengambil alih, ingin mengetahui lebih jelas apa yang William pikirkan sejak dulu.

RanzirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang