Raina tersenyum saat Razir pamit pada Halima untuk segera pulang.
Rafi mematikan mobilnya yang baru sampai setelah dirinya. Rafi harus membelikan martabak terlebih dahulu karena pesanan Valina tidak akan ada yang bisa menolaknya.
"Ayo masuk, Raina." Ujar Rafi pada Raina yang sedang terdiam.
Raina kemudian berjalan disebelah Rafi kemudian saat sampai ruang tamu, mereka mendudukkan diri di sofa. Menaruh tas miliknya lantai.
Valina berlari dari ujung tangga kearah ruang tamu saat melihat Rafi baru baru tiba.
"Kakak dimana martabak aku?" Tanya Valina dengan antusias. Rafi menunjuk martabak itu dengan dagu.
"Yeay makasih kakakku yang ganteng. Tapi boong" ucapan yang terakhir itu hanya Valina ucapkan didalam hati.
Rafi tertawa, tumben sekali Valina mengakui bahwa dirinya memang sudah ganteng sejak dalam kandungan.
Halima datang membawa piring untuk dua martabak yang Valina minta.
"Kenapa keluarga kita suka banget martabak Bun?" Tanya Rafi saat ia baru sadar setiap Minggu pasti ada martabak yang ia beli.
"Bunda sama papa ketemu pas bunda beli martabak bang." Ujar Halima yang mengingat ngingat hal masa lalu dengan suaminya.
"Kok bisa Bun?" Tanya Raina antusias.
"Dulu, bunda sama papa ketemu waktu bunda masih kelas 6 SD. Papa kamu bantu kakek yang dulu jualan martabak."
"Setiap orangtua bunda pengen martabak, selalu beli di situ, jadi bunda sama papa jadi temen hingga masuk SMP kita satu sekolah."
"Dulu, bunda nggak punya temen, cuman papa kalian satu satunya temen bunda hingga tanpa sadar rasa sayang ke papa kalian semakin berlanjut."
"Terus gimana perasaan papa ke bunda waktu itu?" Tanya Valina masih dengan memakan martabak asin.
"Papa kalian suka sama perempuan lain. Dulu bunda cuman bisa senyum saat papa kalian ngasih tau kabar bahwa mereka pacaran. Bunda langsung menjauh karena papa kamu bilang bahwa pacarnya gak suka sama bunda. Selama 2 tahun bunda cuman punya satu temen yaitu Tante Cilla."
"Sampai waktu masuk SMA bunda lagi lagi satu sekolah sama papa kamu. Papa kamu kaget pas liat bunda. Dia nyapa bunda dan berusaha deketin bunda lagi. Bunda yang waktu itu gak mau merasakan sakit hati walau bunda masih sayang sama papa kamu hanya menanggapi papa kamu dengan seadanya. Hingga suatu hari papa kamu kecelakaan gara gara bunda."
"Bunda gak tau harus apa. Bunda nangis, bunda berdoa semoga papa kamu sadar dan bunda berjanji kalau papa kamu selamat bunda akan menerima dengan senang hati."
"Selanjutnya papa kamu bangun, bunda nepatin janji dan sampai sekarang ini. Bunda sama papa kamu nikah."
"Bunda pernah pacaran sama papa?"
"Enggak karena papa kamu gak pernah nembak bunda. Dulu dia cuman bilang bahwa masa masa pdkt itu lebih indah daripada masa pacaran."
"Ada apa nih mewek mewekan?" Rendy bertanya pada Valina dan Raina yang tadi sempat menangis mendengar cerita itu.
"Ada apa sayang?" Tanya Rendy mengecup dahi Halima seraya Halima membawa tas kantor suaminya.
"Papa jahat banget pokoknya Valina kesel sama papa." Rendy mengernyitkan dahinya. Ada apa dengan anak anak perempuannya?
"Dulu papa gak pernah tau ya bahwa bunda sejak SMP suka sama papa?" Tanya Raina yang mengelap matanya karena berair.
Rendy mengerti, rupanya Halima menceritakan masa lalunya. Rendy dulu juga sempat meringis bahwa ia pernah meninggalkan Halima yang jelas jelas teman kecilnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Ranzir
Teen FictionDia Raina Alexandria. Seorang perempuan dengan seribu bahasa yang ia simpan dimulut. Bukan masa lalu yang membuat ia sekarang diam, tetapi seseorang yang telah mengambil hatinya kini membenci dirinya. **** Dia, Razir Smolither menyukai seorang cewek...