Razir berhenti disebuah pasar malam yang begitu padat. Mereka mengisi perut mereka dulu baru setelah itu melanjutkan pulang.
Raina membeli makanan sementara Razir menata bagasi mobil agar dia dan Raina bisa menonton film yang sudah dipersiapkan oleh Razir.
"Kakak yang ngerencanain ini ya?" Raina disuguhkan dengan bagasi mobil yang penuh dengan makanan ringan yang sudah di bawa Razir.
"Kak... Ini lucu banget." Raina lalu merangkak maju melihat lebih detail bagasi yang sudah disulap sedemikian rupa indahnya.
Ada mini teater yang dibuat dengan kain hitam. Ada juga bantal dan juga kaos kaki agar Raina tak kedinginan.
Semua itu tidak luput dari pandangan Raina.
"Kamu mau nonton film apa?" Tanya Razir yang sedang mengotak ngatik laptop.
"Film horror aja ya." Ujar Razir.
"Kakak nanya, tapi jawab sendiri." Raian memutar bola matanya.
Bagasi di buka sedikit karena mereka berdua butuh udara. Jadinya Razir memilih film horror dan memutarnya.
Selama penayangan Raina menutup mukanya dengan bantal dan sukses membuat Razir segera mengambil bantalnya.
"Kenapa diambil?!" Ujar Raina sok marah.
"Masa aku nonton sendiri." Ujar Razir.
"Yaudah sini kamu deket sama aku aja, jadi kalau takut kamu bisa peluk aku." Modus Razir dan mempersempit jarak mereka berdua.
Raina tak mengindahkan ucapan Razir dan masih sibuk pada film yang ditayangkan hingga acara jumpscare itu ada.
Raina memeluk Razir hingga Razir rasa badannya kaku. Ini mah namanya senjata makan tuan.
Ia lalu menatap Raina yang juga baru menyadari kedekatan mereka hingga Razir perlahan mendekat dan membisikkan kata.
"Be my girlfriend?"
{-}
Satu Minggu telah berlalu karena kelas 12 mengadakan USBN. Setelah mendapatkan makanan yang diinginkan, mereka mencari tempat duduk namun tempat duduk kali ini sangat padat dipenuhi siswa/i.
"Gimana nih, Ra?" Bingung Wina karena tidak mendapatkan tempat duduk.
"Yaudah yuk." Zira memimpin jalan, mencari karena mungkin ada meja yang tertutup siswa yang membeli makanan.
"Zira!" Teriakan itu sukses mencuri pandang mereka bertiga. Mereka pun berjalan kearah meja Razir.
"Kenapa gak langsung kesini aja, Ra?" Ujar Rafi yang menurunkan mangkok yang Zira bawa.
Zira menggeleng, mungkin hanya Rafi yang mengerti karena setelahnya Rafi menganggukkan kepala.
"Alexa? Kok muka kamu pucet?"tanya Razir saat Raina duduk didepannya.
"Gapapa kak."
Razir pun kembali memakan makanannya sesekali menatap Raina yang terlihat menatap sekitar.

KAMU SEDANG MEMBACA
Ranzir
Teen FictionDia Raina Alexandria. Seorang perempuan dengan seribu bahasa yang ia simpan dimulut. Bukan masa lalu yang membuat ia sekarang diam, tetapi seseorang yang telah mengambil hatinya kini membenci dirinya. **** Dia, Razir Smolither menyukai seorang cewek...