11. Rumah Sakit

577 112 58
                                    

Dalam diamnya diriku menuntutku pada sebuah rasa kecewa bukan karena semata karena aku tidak bisa memilih tapi, bagaimana aku bisa menaruh hatiku kepada persinggahannya.

-Razir Smolither-

{-}

Kendaraan beroda empat itu berhenti didepan rumah sakit Permata Ibu.

Setelah membuka pintu, perawat langsung membawa Raina ke UGD bersama Rafi disampingnya yang mengenggam tangannya dan selalu mengucapkan.

"Kamu pasti bisa. Bertahanlah,"

Setelah memasukkan Raina di UGD Raffi harus menunggu didepan ruang UGD sambil bolak balik.

Nafasnya tidak teratur saat ia mengingat kejadian tadi. Matanya menatap tajam kedepan, Rafi maju selangkah menonjok dinding yang berada persis didepannya. Lalu suara orang membuatnya memberhentikan tonjokan pada dinding tersebut.

"Jangan sakitin diri lo sendiri, Raf." Ujar Handy menenangkan Rafi.

"Bryan mana?" Tanya Rafi mengalihkan ucapan Handy.

"Dia tadi gue anterin ke dokter umum. Biar dikasih salep dibagian perutnya yang memar karena tonjokan Razir,"

Rafi berjalan kearah dokter umum didepannya. Dia melihat Bryan sedang diobati oleh dokter lewat kaca pintu. Rafi pun duduk di depan ruangan dokter umum itu.

Setelah dokter mengobatinya Bryan keluar tertatih tatih, Rafi langsung bangun dan membantu Bryan duduk dikursi.

Handy datang membawa plastik yang diyakini Rafi berisi air putih.

Handy menyodorkan air minum itu untuk Bryan yang langsung diterima Bryan dan diteguk habis oleh Bryan.

Handy menatap Rafi dengan alis menyatu. Ditatap sedemikian oleh itu membuat Rafi menaikkan satu alisnya dan menatap datar Handy.

"Lo harus gantiin duit gue buat beli minum itu tadi," Ujar Handy sambil menunjuk Rafi.

"Lo bohong. Katanya mau traktir kita di Cafe biasa eh malah gue yang ntraktir kalian," Ujar Handy lagi.

"Santai elah, Han. Gur gantiin dua kali lipat. Gue traktir kalian sehabis Raina sembuh." Ujar Rafi menatap Handy.

Handy pun hanya kegirangan sambil goyang dumang.

"Gituan aja dibawa ribet lo," Ujar Bryan sinis.

"Iya dong. Mana ada orang yang suka nolak dikasih duit ama di traktir. Traktirnya sepuasnya lagi," ujar Handy kegirangan.

Raffi pun hanya memutar bola matanya saja.

Ketika Handy ingin berucap Rafi mengingat sesuatu.

Raffi mengeluarkan hpnya lalu mulai menelpon orang yang sangat berpengaruh untuk Raina.

Setelah dirasa sambungan sudah diteriman dari pihak sebrang sana Raffi menjauh dari kedua temennya dan mulai berbicara.

"Hallo Dok. Bisa Dokter datang ke rumah sakit Permata Ibu?" Ujar Raffi.

"Bisa. Tapi tunggu setengah jam lagi ya Rafi. Memangnya ada apa?" Tanya Dokter itu lagi.

RanzirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang