"Mari keruangan om, om beritahu dimana papa kalian," Ali kemudian mengajak Razir dan Rafi memasuki ruangan miliknya dan mengambil laptopnya.
"Sini," Ali memberitahu Rafi dan Razir untuk duduk disebelah dirinya yang sedang mengotak ngatik sesuatu.
"Dubai adalah tempat yang papamu tuju Rafi."
"Kenapa Dubai om?"
"Om tidak punya alasan untuk memberitahumu. Jadi mungkin kamu bisa tanya pada papamu."
"Dimana tempatnya om?"
"Dekat dengan Heriot Watt University."
"Bukankah itu kuliah yang ingin dituju oleh Raina?" Tanya Rafi pada dirinya sendiri.
"Mungkin sekarang kita harus nyusul Om Rendy, Raf. Kita nggak punya banyak waktu." Razir memberitahu Rafi yang dibalas anggukan.
"Kalau begitu makasih om atas bantuannya." Ujar Rafi pada Ali yang memberikan alamat yang jelas pada mereka berdua.
Mereka berdua pun keluar dari dalam kantor itu, menuju rumah Rafi hingga
Halima menyambut mereka dengan tanda tanya."Abang habis pergi darimana?" Tanya Halima yang mendekat pada Rafi.
"Keluar sebentar bun, cari makan." Ujar Rafi pada Halima. Saat Halima mendengar jawaban itu, Halima menatap Razir dan jawaban Razir hanya mengangguk.
Halima kemudian menyuruh mereka duduk. Menyuruh bibi membuatkan minum.
"Abang tau kan?"
"Tau apa Bun?"
"Abang nggak harus pergi nyusul papa, bahaya bang." Ujar Halima yang menatap dalam Rafi dengan sendu.
"Bunda, kalau aku nggak pergi siapa yang mau bantu papa nyelamatin Rai?"
"Tapi bang----," Rafi mengelus tangan Halima, ada rasa takut yang bisa Rafi lihat dari mata Halima.
Walaupun Halima menyuruhnya tetap disini, ia akan tetap pergi. Tak mungkin ia membiarkan papanya berjuang menyelamatkan Raina dalam bahaya.
Meski Rafi tau, ada taruhan nyawa yang sedang menanti, Rafi harap semuanya berjalan dengan apa yang direstui Tuhan.
"Keluarga bisa mengalahkan ketakutan aku sejak awal bunda. Sudah lebih dari 4 hari Raina diculik, kita bahkan nggak tau keadaannya sekarang."
Halima memandang Rafi dengan haru, anak lelakinya ini sudah menjadi pria dewasa yang terlihat bijak ketimbang dirinya.
"Rafi nggak berangkat sendiri Tante. Ada aku yang siap bawa pulang Alexa dan Om Rendy dengan selamat."
Halima kemudian menyuruh mereka berdua memeluk dirinya. Memberitahu bahwa ia sangat bangga pada dua anak didepannya.
"Pergi! Restu bunda akan selalu ada buat kalian." Ujar Halima dengan tersenyum melepaskan.
Rafi dan Razir memandang satu sama lain, tas gendong sudah ada di punggung mereka masing masing.
"Kita pamit Bun." Ujar Rafi Salim pada Halima lalu diikuti oleh Razir.
"Abang, Razir. Bawa pulang papa sama Raina ya. Abang sama Razir juga harus pulang dengan selamat!" Ujar Halima lalu menutup mukanya.
Ia seorang ibu yang pasti akan sedih jika salah satu keluarga atau orang yang ia sayangi pergi namun tak bisa dipastikan bagaimana keadaannya.
Halima hanya takut mimpi buruk yang sering menghantuinya benar terjadi. Hingga ia kehilangan mereka semua.

KAMU SEDANG MEMBACA
Ranzir
Genç KurguDia Raina Alexandria. Seorang perempuan dengan seribu bahasa yang ia simpan dimulut. Bukan masa lalu yang membuat ia sekarang diam, tetapi seseorang yang telah mengambil hatinya kini membenci dirinya. **** Dia, Razir Smolither menyukai seorang cewek...