Rendy mengotak ngatik lagi laptop miliknya. Mengapa hanya ada gelombang dan tidak ada petunjuk arah yang biasanya ia pantau dari kalung Raina.
Ia kemudian berdiri, menatap pemandangan lalu lintas yang terlihat lancar dengan beberapa gedung pencakar langit didepannya.
Rendy kemudian, duduk kembali saat setelah suster memanggilnya.
"Dok, dokter William ingin bertemu." Ujar suster itu sambil menunduk.
"Izinkan masuk." Rendy lalu duduk di kursinya memakai jas dokter dengan gelar yang telah lama ia dapatkan.
"Selamat pagi Dokter Rendy. Lama tak berjumpa." William lalu menjabat tanga Rendy begitupun sebaliknya. Rendy tersenyum, memberikan senyuman pada William yang juga tersenyum.
"Akhir akhir ini, jarang sekali bertemu dengan anda dokter William." Ujar Rendy mempersilahkan William duduk.
"Iya. Anak dan istriku butuh diriku dan aku harus membagi jadwalku." Ujar William tertawa.
Rendy mengangguk, ia kemudian menelfon suster pribadinya dan menyuruh membuatkan minum karena sekarang William sedang mengangkat telfon.
"Aku akan kesana, bilang pada pramugarinya tunggu aku 5 menit." William lalu mematikan telfonnya.
"Dokter Rendy aku harus cepat cepat, keluargaku akan pergi keluar negeri beberapa hari." William lalu menepuk pundak Rendy membuat Rendy mengernyitkan dahi.
Ketukan pada pintu membuat Rendy tersadar. Ia kemudian meminta maaf pada suster pribadinya Karena William sudah pergi.
"Dokter, Dokter William ingin kemana? Mengapa terburu buru sekali"
"Dia cuti, berlibur keluar negeri bersama keluarganya." Suster itu pun kaget, menampilkan wajah bingungnya.
"Maksud dokter?"
"Aku baru saja memberitahu."
"Tapi, tadi bagian komunikasi memberitahu sayadokter, bahwa ada jadwal Dokter William yang harus dilaksanakan."
Rendy menaikkan alisnya, bingung akan pernyataannya. Apakah Dokter William lupa bilang bahwa ia harus minta izin untuk cuti?
Rendy yakini pun William tak seceroboh itu. Mereka berdua sudah menjadi dokter dan tanggung jawab adalah prioritas yang tidak bisa di langgar.
Mungkin, karena dulu setahun penuh William bekerja dan tak punya waktu untuk anak dan istirnya, William mengambil cuti itu hampir seminggu.
"Maaf dokter saya harus menyampaikan pesan suster pribadi William dulu."
"Darimana kamu tau?"
"Suster pribadinya menghubungi saya karena ia juga ikut dokter. Mereka pergi karena ayah dokter William akan melakukan operasi yang cukup besar." Rendy menganggukkan kepala, William memang sangat mencintai keluarganya.
Waktu anaknya sakit, anaknya dirawat dirumah sakit ini sampai dokter William harus mengurungkan rencananya yang ingin pergi berlibur bersama keluarga besarnya.
Jadinya tak salah jika Dokter William begitu menyayangi keluarganya. Rendy kemudian menggeleng menepis hal negatif yang barusan ia pikirkan.
Tidak mungkin kan Dokter William pergi tanpa sebab.
"Apakah saya ada jadwal praktek hari ini?" Tanya Rendy.
"Ada dokter. Setengah jam lagi." Ujar suster lalu Rendy mengangguk.
Rendy kemudian pergi keluar karena setengah jamnya sudah diisi dengan percakapan dirinya dengan Halima yang membangkitkan rasa senangnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Ranzir
Teen FictionDia Raina Alexandria. Seorang perempuan dengan seribu bahasa yang ia simpan dimulut. Bukan masa lalu yang membuat ia sekarang diam, tetapi seseorang yang telah mengambil hatinya kini membenci dirinya. **** Dia, Razir Smolither menyukai seorang cewek...