Andre mendudukkan Rani di kasur sementara petugas uks segera mencari obat obatan. Akhir akhir ini Andre rasa ia selalu saja masuk keruang ini.
Petugas itu mengobati kaki Rani yang memar sesekali teriakan Rani membuat petugas itu berhenti.
"Pelan pelan." Ujar Rani pada petugas itu.
Petugas itu mengangguk namun Andre segera menepuk punggungnya.
"Biar gue aja." Ujar Andre mengambil kapas itu dan menyuruh petugas itu pergi.
Saat Andre ingin mengobatinya Rani menghalanginya.
"Sini biar gue aja." Ujar Rani hendak mengambil kapas itu.
"Lo bisa pergi dari sini. Makasih bantuannya." Rani kemudian mengobati kakinya perlahan lahan.
"Rani aku dateng ke sini buat jenguk kamu sayang." Rani bergidik ngeri, membayangkan jika Andre selalu bersamanya selalu.
"Gue mau tidur." Ujar Rani menutup kedua matanya semoga Andre bisa pergi.
"Aku bakal nunggu sampe kamu bangun. Tidur aja." Ujar Andre mengelus puncak kepala Rani.
Rani diam, berusaha tak memperdulikan Andre yang menatapnya. Risih juga jika tidur diliatin dan kamu gak bisa ngejamin bahwa kamu bakal baik baik saja dengan dia.
Rani kemudian membuka mata, menatap sekeliling tanpa mau melihat Andre.
"Kenapa bangun sayang? Tidur aja. Aku yang bakal jagain kamu."
"Karena lo yang jagain gue, gue jadinya was was."
"Aku gak bakal ngapa ngapain." Ujar Andre dengan menatap Rani.
"Seorang bajingan gak mungkin bisa dipercaya." Ujar Rani dengan membalikkan badannya menjadi miring memunguti Andre.
"Rani aku udah berubah. Aku bukan Andre yang dulu."
Andre kemudian bangkit, mungkin Rani belum bisa menerima kehadirannya walau sebagai teman sekalipun.
"Pergi. Jangan sekalipun nampakin muka lo dihadapan gue lagi." Ujar Rani yang berbicara masih dengan menutup mata.
Andre hanya diam saja, ia kemudian menghela nafas lalu pergi dari uks.
Sampai didepan pintu, ia masih berusaha untuk tak berbalik, ingin menunggu Rani yang mungkin akan butuh bantuan dirinya.
"Aku gak akan pergi Rani, bahkan sampai semesta melarang aku akan tetap kembali."
{-}
Razir tak peduli pada Rani yang jatuh karenanya. Biarkan menjadi hukuman bahwa apa yang pernah dia lakukan pada Raina.
Razir kemudian berjalan kearah kantin membeli minum karena habis ini ia harus berganti baju karena pelajaran olahraga akan segera berakhir.
Ia kemudian membeli air putih dan roti karena tadi pagi ia belum sarapan sama sekali.
Saat melewati ruang kepala sekolah, ia merasa pernah melihat orang itu. Ia kemudian memberhentikan lajunya.
Melihat orang itu dari kaca transparan di ruang kepala sekolah. Razir kemudian memicingkan mata, mencoba mengingat ngingat siapakah orang itu.
Razir kemudian berbalik ingin segera pergi karena ia harus berganti baju atau tidak gurunya akan marah.
Namun melihat kepala sekolahnya bersalaman dengan orang itu ia kemudian berhenti.

KAMU SEDANG MEMBACA
Ranzir
Fiksi RemajaDia Raina Alexandria. Seorang perempuan dengan seribu bahasa yang ia simpan dimulut. Bukan masa lalu yang membuat ia sekarang diam, tetapi seseorang yang telah mengambil hatinya kini membenci dirinya. **** Dia, Razir Smolither menyukai seorang cewek...