16. Fakta Yang Mengejutkan

536 53 199
                                        

Jika cinta bisa merumitkan ini, jangan pernah mengenalkanku pada perempuan yang bisa membuatku jatuh cinta.

- Razir Smolither -


《-》

Perjalanan kaki Raina mengantarkannya pada ruangan tempat ia akan melakukan tempat rileksasi, ditemani Halima ia ingin kembali hidup tanpa ada penyakit yang bersarang di dalam tubuhnya.

"Bun, waktu masih sma Bunda, pernah jatuh cinta?" tanya Raina yang menunggu antrian untuk dirinya.

"Jatuh cinta? Pernah sayang. Memangnya ada apa?" bingung Halima melihat Raina.

"Waktu Bunda jatuh cinta pasti pernah merasakan juga patah hati, lalu Bunda menyimpulkan patah hati itu seperti apa?"

"kalau kata kamu patah hati itu seperti apa?"

"ihh Bunda, aku kan bertanya mengapa Bunda balik bertanya?" cemberut Raina pada Halima yang kini sedang menggodanya. 

"Bunda tidak tau sayang, bagaimana mengungkapkannya. Tapi, yang perlu kamu tau sayang, jika patah hati dirasakan oleh orang yang kuat. Contohnya kamu. " ujar Halima yang mengingat masa sma-nya.

"Waktu Bunda, patah hati apa yang Bunda lakukan pada orang yang meninggalkan Bunda?" tanya Raina yang mengingat perlakuan Razir padanya.

"Tidak ada. Bunda hanya berusaha membuat semuanya baik baik saja, dengan berdamai pada kenyataan." jeda Halima "Bunda, ingin bertanya. Kau suka hujan?"

"Tidak, Bun. " ucap Raina yang membuat Halima mengernyit heran. 

"kenapa kau tak suka hujan, sayang?"

"Aku bukan tidak suka hujan Bun. Aku hanya merasa diriku seperti hujan."

"Memangnya kenapa jika dirimu menjadi hujan? Itu menyenangkan sekali, sayang. Jika menjadi rintik rintik yang selalu membuat orang bahagia."

"ada alasan tersendiri untuk aku tidak ingin menjadi hujan, Bun."

"Apa memangnya ,sayang?"

"Aku tidak ingin menjadi hujan karena bumi akan selalu membuang hujan yang kembali jatuh dan dengan bodohnya hujan akan kembali jatuh meski untuk kesekian kalinya. "

《-》

Wina merutuki dirinya yang sudah melangkah masuk dalam laboratorium untuk mengambil kameranya yang tertinggal di dalamnya. 

Setelah ia menemukan tas kameranya ia segera mengambilnya dan mengalungkannya di leher.

Wina ingin berbalik, tapi tidak cukup siap untuk melihat orang dengan jaket membalut badannya kini membelakangi dirinya.

Harusnya Wina tidak perduli akan hal itu. Harusnya ia segera pergi lalu tidak perlu repot repot berbasa basi pada orang itu.

Tapi, keinginan itu mendorong kuat untuk melangkah pasti. Wina mendekat dengan wajah hati hati sambil berjalan pelan.

Sekiranya mungkin di belakang cowok tersebut Wina ingin menepuk pundaknya dan mungkin mengajaknya turun bersama itulah yang ada di otak Wina waktu ia melangkah mendekat tadi.

RanzirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang