31. Serangan

108 17 34
                                    

Rafi membawa tubuh Raina dalam dekapannya. Berlari keluar kantin diikuti Zira dan Razir yang terlihat panik luar biasa.

Setelah tiba, dan menaruh Raina di kasur uks, ia segera beranjak. Berbicara sebentar pada Zira sebelum keluar uks.

Razir yang melihat Raina terbaring hanya bisa menggenggam tangannya. Rafi datang bersama obat yang ada di tangannya.

Mereka diam, Zira yang tadi mendengar bel masuk hanya diam, namun Rafi tau Zira gelisah karena mungkin tidak masuk kelas.

"Kamu masuk kelas aja, Ra." Rafi membalikkan badannya berjalan pelan kearah Zira yang memperhatikan dirinya.

Zira menggeleng, sebagai jawaban ia ingin disini saja. Namun tatapan Rafi membuatnya merunduk.

"Zira ayo aku anter kekelas." Suara bariton itu membuat Zira mengangguk dan berjalan dibelakang Rafi.

"Tempat kamu bukan dibelakang aku, tapi disini." Rafi menarik lengan Zira agar berjalan disebelahnya.

Razir yang melihat sejak tadi hanya tersenyum. Harmonis sekali kedua pasangan itu.

Razir lalu segera menengok saat tangan Raina bergerak. Ia kemudian mendekat untuk mengecek apakah Raina benar benar sudah siuman.

"Alexa, kamu butuh sesuatu?" Raina yang melihat Razir ada disini segera menengok kearah Razir.

Raina mengangguk, lalu tersenyum pada Razir. Memberitahukan bahwa ia sekarang sudah baik baik saja.

"Minum dulu obatnya." Razir lalu mebimbing Raina meminum obatnya.

Sesudah meminum obat itu Raina kembali menatap Razir. Ada perasaan senang saat Razir disini menemaninya.

"Kak Razir gak masuk kelas?" Tanya Raina saat ia sadar masih berada disekolah.

"Aku masih mau disini."

"Buat apa?"

"Nemanin kamu."

"Pendidikan kakak lebih penting dari penyakit aku."

"Pendidikan dan kamu sama sama pentingnya buat aku."

Raina tersenyum, bohong jika ia merasa tak bahagia. Ia kemudian membalas elusan Razir yang tadi mengelus tangannya.

Saat mereka berdua masih di uks, tiba tiba saja seorang laki laki memasuki uks itu. Razir dan Raina tak bisa melihat karena ia langsung pergi ke keruang sebelahnya.

Razir kira ia baru saja melihat laki laki yang tidak memakai seragam sekolah, namun tebaknya benar.

Mungkin ada pekerja baru disini, namun mengapa bajunya hitam semua?

Raina tidak memikirkan laki laki yang datang tadi. Ia tertidur kembali, karena paksaan Razir.

Laki laki itu membuka sibakan korden antara mereka berdua, membuat Raina yang sempat memejamkan mata menoleh.

Raina membulatkan matanya, sementara laki laki itu tersenyum dibalik masker yang ia kenakan.

Razir yang melihat Raina segera berlari kearah laki laki itu mencekam kerah kemejanya dan sudah menyiapkan bogemannya jika orang itu bergerak sedikit saja.

"Siapa lo?!" Orang itu tertawa hingga membuat Razir mencekram kemeja itu dengan kuat.

Orang itu tidak melakukan apa apa, hingga Razir rasa orang itu tidak membawa senjata, Razir lengah dan mendapatkan bogeman dengan keras dari laki laki itu.

Razir segera mengelak saat laki laki itu ingin menginjak kakinya. Razir bangkit menutup sibakan korden agar Raina tidak bisa melihat hal negative itu.

RanzirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang