Rafi tak akan memaafkan Rani. Ia akan memperhitungkan masalah ini kepada Rani.
Rafi diam, ia tak ingin bundanya tau bahwa Raina masuk rumah sakit kembali. Ia takut bundanya menangis dan dia tak akan sanggup melihatnya.
Rafi mengeluarkan ponsel miliknya dan menelpon ayahnya.
Rafi menjauh agar teman temannya tak dapat mendengar apa yang sempat ia ucapkan ke ayahnya.
"Pah kesini."
"Ada apa?" Ujar Rendy diujung sana.
"Raina, pah. Dia masuk rumah sakit lagi." Ujar Rafi pelan. Hanya ada suara diam diujung sana. Rafi tau papanya sedang tidak baik baik saja, lalu terdengar diujung sana telfon dimatikan.
Rafi menghela nafas, semoga saja papanya tidak memberikan penjelasan kepada bundanya.
Rafi masih diam ditempat, ia kemudian berbalik dan baru menyadari jika sedari tadi tidak hanya temannya saja yang berada disini melainkan teman Raina juga.
"Ayo Zira pulang." Ujar Rafi pada Zira yang duduk disebelah Wina.
Zira menatap Rafi, Rafi yang mengerti tatapan itu mengusap puncak kepala Zira.
"Besok kamu bisa kesini lagi habis sekolah. Aku janji jemput kamu disekolah dan kamu boleh di sini sampai besok."
Zira kemudian menimang dan menengok kearah Wina. Seakan mengerti juga Rafi menjelaskan.
"Wina pulang bareng Handy." Ujar Rafi yang menatap Handy. Handy yang mendengar itu, bangkit berjalan kearah mereka.
"Gue yang nganter Wina nanti." Ujar Handy berusaha menyakinkan Zira. Zira akhirnya luluh, ia kemudian pamit pada mereka semua.
Saat dilorong mereka tidak mengeluarkan suara apapun.
Lorong pun begitu sepi, tidak aka aktivitas manusia disana. Sampai Zira berhenti dan menengok kearah Rafi.
"Jangan kirim Raina ke Singapura kak."ujar Zira menarik ujung seragam Rafi.
Rafi menengok saat Zira berbicara seperti itu. Ia yakin Zira berusaha mempertahankan Raina agar tetap di Indonesia.
Bahkan jika Rafi ingin memilih, Rafi juga ingin Raina tetap di Indonesia. Meski semua teman Raina ingin Raina tetap di Indonesia, namun Rai juga ingin Raina cepat sembuh.
Dilema ini membuat Rafi masih terbengong sampai Zira menyadarkannya.
"Kak jadi anter aku pulang? Kalau kakak----," ucapan Zira terpotong saat Rafi mengandeng tangannya keluar dari lobby rumah sakit.
{-}
Tidak ada lagi yang membuat Rafi bernafas lega setelah dokter keluar dan memberitahukan bahwa Raina sudah melewati masa kritisnya.
Rafi berusaha meyakinkan Rendy, ayahnya. Bahwa Raina baik baik saja. Halima yang berada dirumah pun di buat sibuk oleh Rendy.
Rafi menyuruh ayahnya pulang untuk mengalihkan pikirannya agar tak memikirkan Raina. Terbukti dengan tidak ada pesan yang masuk dari ponsel miliknya.
Rafi dibolehkan masuk dan duduk di sisi ranjang. Menatap Raina yang masih tertidur.
Dimata itu selalu saja membuat semua orang tau bahwa Raina baik baik saja. Rafi tak tau bagaimana Raina bisa melewati hari harinya tanpa ada ibu kandung dan ayahnya.
Rafi kemudian menidurkan kepalanya dilipatan tangan. Berharap jika ia bangun adik kesayangannya juga akan terbangun. Namun tidak bersama dengan penyakitnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ranzir
Ficção AdolescenteDia Raina Alexandria. Seorang perempuan dengan seribu bahasa yang ia simpan dimulut. Bukan masa lalu yang membuat ia sekarang diam, tetapi seseorang yang telah mengambil hatinya kini membenci dirinya. **** Dia, Razir Smolither menyukai seorang cewek...