40. Kecemasan

126 20 69
                                    

Rani menendang batu yang berada didepannya. Kesal pada hari ini yang membuat mood-nya anjlok.

Sekarang moodnya benar benar anjlok karena Andre berhenti didepan jalan yang akan ia sebrangi.

"Minggir!" Satu kata itu membuat Andre tersenyum, Rani benar benar belum berubah karena masa lalu itu.

"Jangan galak galak dong. Katanya udah maafin gue kok masih galak?" Ujar Andre yang turun dari motornya.

"Gue juga udah bilang kan, jangan ganggu hidup gue lagi." Rani mendorong Andre hingga Andre harus berpegangan pada tiang yang berada disebelahnya.

"Naik! Sebelum kesabaran gue hilang ngadepin lo yang seenak maunya." Ucapan dingin itu membuat Rani mengerutkan keningnya.

"Kalau lo emang mau pergi ya udah sana pergi, gausah maksa orang sampe segitunya." Ujar Rani dengan kesal.

"Bener mau ditinggal? Gak liat belakang kamu ada siapa?" Ujar Andre melirik belakang Rani yang bisa Rani lihat sekumpulan anak SMA yang nakal.

Rani tetap pada pendirian. Andre kira Rani takut hanya dengan anak laki laki itu, namun jika dipikir 2 kali jalan ini hanya dilalui oleh pengendara dan tidak ada seorang pun yang jalan kaki di trotoar ini.

"Bener?" Tanya Andre yang mulai menancapkan gas.

Rani kemudian menahan lengan Andre, menaiki motor Andre yang terlihat lebih tinggi darinya dengan berpegangan pada bahu Andre.

Andre yang berada dibalik helm tersenyum penuh arti. Jika tidak di ancam Rani mana mau menaiki motornya yang sudah lama tidak ditumpangi siapapun.

Andre pun akhirnya mengklakson membuat sekumpul anak yang hendak melewatinya mengajukan jempol dari balik spion.

{-}

Ada hal yang membuat hidup Raina berada pada titik bahagia. Bersama dengan keluarga dan orang orang yang dicintainya.

Semuanya tak semudah apa yang telah ia pikirkan. Sejak ia terlahir di dunia ini, sudah ribuan kali cobaan yang dapat di selesaikan dengan sendirinya, tanpa ada bantuan atau campur tangan dari siapapun.

Namun kini, untuk melangkah lebih lanjut pun Raina tak tau. Gelombang kesedihan itu datang kembali, menghampiri dirinya yang sedang berada pada titik bahagia.

Semua orang pasti ingin menginginkan bahagia selalu terjadi pada hidupnya, begitupun Raina. Semua hal yang telah ia lalui tidak sekedar permainan roller coaster yang membuat jantungnya selalu berdebar.

Ada setiap makna yang selalu ia pelajari dari kejadian yang sering ia alami. Tanpa sadar waktu kembali membuat semua kebahagiannya lenyap tanpa ia sadari.

Hingga kemudian Raina bangkit dari tidurnya.

{-}

Rika mematung ditempatnya saat ia melihat begitu sedikit pemasukan hari ini. Hanya menutupi gaji yang ia berikan setiap bulan untuk karyawannya.

"Apakah benar hanya segini?"

"Benar buk." Ujar karyawan itu dengan menunduk.

"Tapi, lihatlah aku barusan liat ada 2 - 3 orang yang masuk lalu keluar dari dalam toko ini." Ujar Rika melihat pelanggan yang keluar.

"Mereka hanya mampir dan bertanya Bu, tidak membeli." Rika mengerutkan keningnya, lalu pelanggan yang tadi ke kasir sedang apa?

"Yasudah, lanjutkan aku akan ke dalam." Rika lalu memasuki tokonya lebih dalam, masuk kedalam ruang yang menjadi tempatnya bekerja.

RanzirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang