2.Admit

751 239 106
                                    

Jihyun's POV

   Saat setelah kedua orang tuaku dan temannya pergi meninggalkanku di ruang tamu, aku membuka ponselku dan menemukan beberapa pesan dari Jimin di sana.

   Ia bertanya tentang bagimana keadaanku di sini, apakah aku sudah makan dan apakah aku lelah. Sebenarnya ini yang sedari tadi kutunggu, perhatian dari sahabat-sahabatku.

   Sayangnya, Nara belum menghubungiku. Mungkin, ia sedang sibuk dengan tugas kuliahnya. Atau malah sekarang ia sedang berada di rumah Jimin, untuk membantu persiapan pesta pernikahan kakak Jimin.

   Karena Nara memiliki kebiasaan mematikan ponsel, atau mengubahnya ke mode pesawat saat ia sedang dalam pekerjaan.

   Aku sangat salut padanya, ia selalu dapat menempatkan hal yang penting di atas hal-hal yang lain. Ia juga melakukan kuliah dengan baik, dan sangat perhatian dengan penampilannya.

   Sangat berbeda denganku yang tidak pernah memikirkan penampilan, aku suka dengan pakaian yang nyaman saja. Sebenarnya, aku menyukai pakaian seperti itu karena Jimin.

   Dulu saat kami sama-sama masih di Busan, ia sering menyuruhku memakai pakaian seperti lelaki. Agar ia tidak malu kepada temannya, karena berteman dengan perempuan. Karena memang, Jimin adalah satu-satunya temanku pada waktu itu. Dan, aku menuruti apa yang ia mau.

   Kebiasaan itu, terbawa sampai sekarang. Bahkan, teman-teman kampusku menyebutku "The pretty easy girl". Aku tidak tau dari mana julukan itu berasal. Tapi kata Jimin, itu karena aku cantik dan sangat sederhana.

   Jika mengingat saat Jimin mengatakan itu, aku merasa aneh. Karena itu pertama kalinya ia memuji kalau aku cantik, dan setelah itu aku baru percaya diri dengan apa yang aku kenakan. Padahal sebelumnya, aku tidak percaya diri dengan diriku sendiri. Dan Jiminlah yang telah mengubahku.

   "Jihyunie."

   Dengan gerakan spontan, aku menatap ke arah sumber suara. Lelaki dengan mata bulat, tengah berdiri dua langkah di depanku. Aku tidak tau apa yang ada dalam pikiranku, tapi ia terlihat tampan.

   Bahkan ia sangat berbeda dengan saat aku pertama kali bertemu tadi, ia terlihat childish. Tapi sekarang, ia sangat bisa dikatakan manly.

   Saat aku menatapnya, ia tidak mengatakan apapun dan hanya menatapku saja. Namun, satu gerakannya membuatku terkejut karena ia membungkukkan tubuhnya agar wajahnya sejajar denganku.

   Dari tatapannya, ia terlihat sama-sama terkejutnya denganku. Anehnya, aku tidak merubah posisi ini. Aku hanya dapat menatap mata besarnya yang sedang menatap mataku. Kami saling menatap untuk beberapa saat, sampai ia kembali pada posisinya semula.

   "Kenapa kau menatapku seperti itu?" tanyaku padanya.

   "Seharusnya aku yang bertanya, kenapa kau menatapku seperti itu? Ah ...! Apakah jangan-jangan kau menatapku karena aku tampan? Jika iya, aku tau itu."

   Aku mengerutkan dahi, saat mendengar penjabarannya. Betapa percaya dirinya orang ini. Jika memang sebenarnya ia tampan pun, kalau ia menunjukkan kesombongannya. Aku akan mengatakan, bahwa ia tidak tampan.

   "Antar aku ke kamarku!" perintahku sambil berdiri dari tempatku duduk.

   Ia hanya menatapku sesaat tanpa sepatah kata pun, lalu berjalan meninggalkanku. Dan aku, aku hanya mengekor di belakangnya.

**-**

   "Jika kau butuh sesuatu, kau bisa memanggiku. Kamarku, tepat di sebelah kamarmu," jelas lelaki tersebut padaku sambil memberiku sebuah kunci kamar.

The Wings [Jjk-Kth-Pjm FF]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang