4.Belief and Love

530 159 39
                                    

Jihyun's POV

   Pertemuan ini berjalan seperti persidangan, bagaimana tidak? Nara dan Jungkook diberikan pertanyaan bertubi-tubi, oleh orang tuaku dan orang tua Jungkook.

   Aku tidak tau kenapa Nara bisa menjawab semua itu, padahal ia baru saja kuberi tau tentang rencana kami tadi saat aku dan Jungkook dalam perjalanan kemari. Gadis ini benar-benar pandai, tak salah jika ia mendapatkan beasiswa dari kampus kami.

   "Aku mengingat sesuatu, kau meninggalkan Jimin. Lalu bagaimana dengannya?" Pertanyaan ibuku yang satu ini, mengingatkanku pada kesalahan yang kubuat. Tega sekali kau, Min Jihyun.

   "Jimin, ia mengizinkanku pergi. Lagi pula, jika Jimin tidak mengizinkanku pun aku akan tetap pergi. Bukan karena aku tidak peduli pada Jimin, tapi karena jika aku tidak datang. Maka, aku akan kehilangan Jungkook. Dan aku tidak mau itu terjadi," jawabnya panjang lebar sambil tersenyum ke arah Jungkook, Jungkook pun membalas senyuman Nara. Bahkan, ia menggenggam tangan Nara.

   Sedangkan aku, aku benar-benar sedang mengontrol tawaku sekarang. Nara mengarang dengan sangat baik seakan mereka sudah berpacaran dalam tempo yang lama. Tak salah, aku meminta bantuannya kali ini. Ia gadis yang bisa diandalkan.

   "Apakah Eomma tidak lelah bertanya padanya?" Kali ini, Jungkook yang membuka suara.

   "Ani, aku hanya ingin tau saja sebaik apa anak ini sampai kau sangat menyukainya." Jawaban ibu Jungkook terasa sangat menyakitiku, ia seakan meremehkan Nara. Tidak bisa dilupakan bahwa Nara adalah sahabatku. (Tidak)

   Pandanganku langsung mengarah pada ponsel yang berada pada tanganku, untuk menetralisir rasa kesalku. Aku benar-benar tidak suka jika seseorang merendahkan sahabatku, berkata kasar dan melakukan sesuatu yang buruk pada mereka. Baik itu pada Nara atau Jimin. Karena setelah kedua orang tuaku, merekalah yang paling kusayangi.

   Sesaat ketika rasa kesalku mulai hilang, seseorang memegang pundakku dari belakang. Dan menyapa semua orang, dengan gaya orang korea biasanya. Kemudian ia duduk di kursi di samping kursiku. Ia tersenyum pada semua orang, dan aku pun tersenyum padanya.

   Kurasa pria ini yang dimaksud Jungkook, ia benar-benar tampan. Senyumnya sangat menawan, dan aku tidak tau kenapa pada wajahnya terdapat kesan cute. Kurasa, ibuku tidak akan terlalu memarahiku karena aku lebih memilih lelaki ini dibandingkan Jungkook. Karena, dulu ibuku pertama kali menyukai ayahku juga karena ayahku tampan.

   "Siapa namamu, nak?" tanya ayahku padanya dengan nada lembut.

   "Kim Taehyung imnida, senang bisa bertemu dengan kalian semua," jawabnya sambil menunjukkan senyumnya yang benar-benar sangat menawan.

   Secara tiba-tiba, ibuku mencubit lenganku. Dengan spontan, aku menengok ke arahnya dan ia memelototiku. Aku tak mengerti dengan sikap ibuku, ia terlihat aneh.

   "Taehyung-sshi, berapa usiamu?" tanya ibuku.

   "20 tahun."

   Dahi ibuku mengernyit, ia tampak sangat kecewa dengan jawaban Taehyung.

   "Kau memiliki usia yang sama dengan Jihyun, apa kalian saling mengenal di kampus atau sekolah dulu?"

    Mataku membulat sempurna, matilah aku! Aku tidak tau ia masuk kampus apa dan dulu ia bersekolah dimana. Aku tak sepintar Nara dalam mengarang kata-kata, lalu aku harus menjawab apa sekarang. Kurasa, rencanaku dan Jungkook akan berantakan setelah ini.

   "Kami bertemu di salah satu festival di Seoul 4 tahun yang lalu," jawabnya santai.

   Bodohnya Kim Taehyung dengan jawabannya itu, bahkan aku baru tinggal di Seoul 3 tahun yang lalu. Walaupun aku pernah pergi ke Seoul sebelumnya, tapi jawaban ini akan membuat kedua orang tuaku curiga. Dan sekarang aku hanya berharap mereka percaya pada jawabannya.

The Wings [Jjk-Kth-Pjm FF]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang