47.Love is Blind

151 26 4
                                    

   Suara kendaraan yang sedang melaju, memenuhi seluruh isi mobil.

   Namun, suara itu tak senyaring ringtone ponsel seorang gadis yang ada di dalam mobil tersebut. Dan setiap ponselnya berdering, ia mematikannya. Bukan hanya sekali, tapi sudah dua kali ia menolak sebuah pesan suara yang ditujukan kepadanya.

   Dering ponselnya berbunyi lagi, yang langsung membuat lelaki di kursi kemudi sampingnya mengambil ponsel yang tengah ia genggam. Kemudian, memilih tanda untuk menerima panggilan tersebut.

   Setelah mengangkatnya, ia memberikan ponsel itu kepada gadis di sampingnya. Kemudian, mengangkat dagunya dengan artian menyuruh sang gadis mengangkatnya.

   Gadis itu hanya dapat mendengus pasrah, lalu menuruti lelaki itu. "Kenapa kau menelponku?" tanyanya kepada si penelepon dengan sedikit malas.

   Ia mendengar semua yang diucapkan si penelepon, lalu memejamkan matanya sejenak. "Tidak," jawabnya lagi.

   Seseorang di balik sambungan tersebut memberikan pertanyaan untuknya, dan sebenarnya ia ingin menjawabnya dengan hal yang memang sebenarnya. Bahwa sebenarnya ia akan mengantarkan Jungkook dalam pertandingan basketnya.

   Jadi, ia terdiam sejenak. Sampai si penelepon menanyakan pertanyaan yang sama, yang langsung mendapatkan jawaban darinya. "Tidak, aku hanya tidak mau."

   Setelah itu, hanya keheningan yang ia dapatkan. Namun, tak berselang lama. Ia mendapatkan pertanyaan lagi, dan pertanyaan itu adalah pertanyaan yang sangat ia benci. Gadis itu menggigit bibir bawahnya, lalu menjawab dengan meyakinkan dirinya.

   "Berhentilah bersikap bodoh Jiminie! Kau tidak seharusnya berteman denganku, lihat siapa aku dan siapa dirimu!" ucapnya dengan penekanan di setiap katanya.

   Kali ini, jawabannya itu langsung mendapatkan tatapan tajam dari lelaki di sampingnya. Namun, ia berusaha tak menghiraukan. Dan memilih untuk menjawab ucapan dari seseorang yang menelponnya itu. "Aku tidak peduli," ucapnya kemudian memutuskan sambungan telepon.

   Raut wajah gadis itu tampak tidak seperti biasanya, ia terlihat marah namun juga seperti tidak peduli. "Jihyun-ah, kenapa kau mengatakan itu kepada Jimin hyung?" tanya seseorang yang ada di sampingnya.

   Jihyun menghela napas berat, "Berkonsentrasilah dalam mengemudi, dan jangan banyak bertanya!"

   Lelaki itu, tidak tau apa yang sedang merasuki Jihyun. Kenapa gadis itu menjadi seperti ini setelah mendapat telepon dari temannya. Jadi, ia memilih untuk menghentikan mobilnya. Dan memarkirnya di samping jalan.

   "Sekarang, tidak ada alasan untuk aku berkonsentrasi. Karena fokusku hanya padamu," ucap lelaki itu sambil menolehkan kepalanya pada objek yang ia tuju.

   Jihyun memasukkan ponselnya ke dalam tas, lalu menjawab tatapan lelaki itu. "Jungkook-ah, kau akan terlambat jika terus bertanya padaku. Kau bilang, kau ingin menang."

   Tatapan Jungkook sama sekali tak berubah. Yang ada, ia semakin memperdalam tatapannya. "Noona, kenapa kau jadi seperti ini?"

   Jihyun tersenyum, "Kau mengatakan akan menerimaku, 'kan? Jadi, tolong biarkan aku seperti ini." Ia mengubah pandangannya. Yang semula menatap Jungkook, menjadi menatap lurus ke arah jalanan. "Kita harus cepat, kau harus mengambil bajumu juga," sambung Jihyun.

   Sebenarnya, Jungkook masih ingin bertanya banyak. Tapi, karena ucapan Jihyun itu ada benarnya. Jadi, ia kembali melajukan mobil yang ia kendarai menuju apartemen miliknya.

**-**

   Saat mencapai tempat yang mereka tuju, mereka melihat sosok lelaki yang tengah berkutat dengan laptopnya di ruang tamu. Fokus lelaki itu sama sekali tak terganggu dengan kedatangan, Jihyun dan Jungkook.

The Wings [Jjk-Kth-Pjm FF]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang