33.Worries

163 35 1
                                    

Dua bulan kemudian.
Oktober, musim gugur.

Sekitar tiga buah buku sedang dibawa oleh seorang gadis ditangannya, ia berjalan dari pintu besar di dalam sebuah gedung. Melewati lorong-lorong panjang, untuk mencapai tempat yang ia tuju.

Gadis itu berjalan sendirian, di dalam sebuah gedung yang sudah terbilang sepi. Wajar saja jika gedung itu sepi, karena langit sudah gelap sempurna. Sendirian bukan hal yang mengagetkan bagi gadis tersebut, karena kata itu sudah menjadi temannya sejak dahulu. Walaupun sekarang, sedikit demi sedikit hampir menghilang.

Ia sering pulang larut akhir-akhir ini, hanya untuk membaca buku di perpustakaan. Jika buku yang ia baca belum selesai, maka ia akan meminjamnya dan mengembalikan buku itu tiga sampai empat hari setelahnya.

Gadis itu mulai berubah. Yang semula hidupnya hanya ia dedikasikan untuk bersenang-senang, kini ia gunakan lebih untuk belajar. Karena ia tau, kehidupan di Korea sangat keras. Jika ia tak memiliki keahlian, maka ia sama seperti sampah yang pantas berada di tempat pembuangan.

Langkahnya terhenti saat ia sudah mencapai pintu utama gedung, ia berhenti hanya untuk mengecek ponselnya yang sedari tadi dalam keadaan flight mode.

Dan ketika ia mematikannya, ada tiga panggilan yang tidak terjawab dan beberapa pesan yang masuk. Ketika ia membaca nama si pelaku, ia hanya bisa tersenyum. Lalu, mengirimkan sebuah pesan kepadanya.

Pesannya berbunyi, "Berhentilah membuang waktu hanya untuk menghubungiku! Kita memiliki tugas yang menggunung. Jadi, kerjakanlah dan hwaiting Taetae!" (Semangat)

Setelah mengirimkan pesan itu, ia melanjutkan perjalanannya. Melewati lapangan besar yang sepi dan juga gelap. Namun, masih ada beberapa anak yang berada di sana. Seperti, anak-anak lelaki yang sedang keluar dari asrama mereka.

Ketika ia mencapai gerbang asramanya, ia meminta bantuan kepada bapak penjaga untuk membukakan gerbang. Dan sesuatu hal membuatnya terkejut, saat ia melihat seseorang di balik gerbang tersebut. Seseorang itu memakai hoodie dan tersenyum menatapnya.

"Apa yang kau lakukan di sini? Apa kau sudah gila?" tanya gadis itu kepada seseorang tersebut.

Seseorang tersebut menggeleng, "Tentu saja aku tidak gila. Lagi pula, bapak petugas sudah mengenalku," jawabnya santai sampai meminta tos dari bapak petugas keamanan.

Gadis itu hanya dapat memutar bola matanya malas, lalu berjalan masuk. Namun, sebelum ia mengambil banyak langkah. Seseorang tersebut menahan tangannya sambil memberikan ekspresi memohon. "Jihyun-ah jebal, aku sangat merindukanmu." (Tolong)

Jihyun memutuskan untuk menuruti perkataan seseorang tersebut. Mereka berjalan ke arah kanan menjauhi gerbang asrama Jihyun. Buku yang tadinya ia bawa pun, ia titipkan pada pos keamanan.

"Kau tidak merindukanku?" tanya seseorang yang tengah bersama Jihyun tersebut.

Jihyun hanya menggedikkan bahunya sambil terus berjalan. Merasa kurang puas dengan reaksi Jihyun, seseorang tersebut membuka suara lagi. "Kau takut denganku? Karena aku seorang pembunuh, begitu?"

Tanpa ada jeda setelah seseorang itu menyelesaikan kalimatnya, jitakan Jihyun sudah mendarat dengan sempurna. "Bisakah kau tidak membahas itu, Taehyung-ssi?"

Sambil mengelus kepalanya yang terjitak, Taehyung menatap gadis di sampingnya itu dengan sedikit geram. Pasalnya, mereka sudah berjanji untuk tidak memanggil satu sama lain dengan embel-embel 'agassi', tapi gadis itu masih saja melakukannya.

"Kau pikir aku mau menjadi pembunuh?" jawab Taehyung secepat mungkin. Lalu, ia melanjutkan kalimatnya, dengan satu suku kata di akhir kalimat yang ia tekankan. "Jihyun-ssi?"

The Wings [Jjk-Kth-Pjm FF]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang