51.Reveal

152 22 3
                                    

Author's POV

   Suara klakson mobil saling bersahutan di tengah jalan yang cukup padat, karena terhalang oleh salju.

   Beberapa alat besar digunakan untuk membersihkan salju yang menghalangi para pengguna jalan. Banyak di antara mereka, yang memilih menunggu dan diam. Tapi, tak sedikit juga yang memilih untuk membunyikan klakson mereka.

   Jimin salah satunya. Ia termasuk dari banyaknya orang yang ada di tempat itu, dan ia memilih untuk membunyikan klakson mobilnya. Beberapa kali dirinya mengumpat, karena keadaan jalan yang tak kian membaik.

   Jika saja, ia bisa melakukan teleportasi. Pasti itu akan sangat membantu dalam keadaan yang seperti ini.

   Setelah tadi ia mendapat telepon dari ayahnya untuk segera pulang, ia langsung bergegas. Biasanya, Jimin akan memilih untuk tidak mengindahkan perintah ayahnya. Namun, kali ini berbeda. Sangat berbeda.

   Di tengah kegiatannya menunggu, ponselnya berdering lagi. Kali ini, bukan dari nomor ayahnya. Tapi, dari nomor seseorang yang hampir tidak pernah menghubunginya.

   Ia menaikkan sebelah alisnya bingung, namun tetap mengangkat telepon tersebut. "Yoboseyo!" sapanya. (Halo)

   Hening, tak ada suara yang dapat ia dengar. Ia hanya dapat mendengar suara gumaman dari seberang, dan Jimin sama sekali tidak mengerti apa maksud dari si penelepon.

  "Taehyung-ah, kau di sana?" tanya Jimin pada seseorang itu, yang masih tak mendapatkan jawaban.

   Sambil menunggu jawaban dari Taehyung, Jimin memasang earphone pada telinganya dan menyambungkan ponselnya dengan benda tersebut. Karena, itu akan lebih memudahkannya berkendara.

   Beberapa mobil di depan Jimin juga sudah melaju. Jadi, ia pun melajukan mobilnya. Jimin memberikan kecepatan yang sanggup ia capai, bahkan ia benar-benar tak peduli dengan pengendara lain yang terganggu dengan aksinya.

   Jimin mendengus, "Jika tidak ada yang ingin kau bicarakan, lebih baik matikan saja sambungannya. Aku sedang sibuk."

   Dan ketika Jimin akan mematikan sambungan telepon itu, ia mendengar suara dari seberang sana. Sebuah kalimat yang ia sendiri tak percaya, bahwa Taehyung tau semua itu.

   "Dari mana kau tau bahwa Jihyun diculik?" tanya Jimin dengan suaranya yang menampakkan kekhawatiran.

   Tak ada jawaban dari Taehyung, yang langsung membuat Jimin berteriak mengulang pertanyaannya. Kemudian, sambungan telepon terputus. Namun, sebelum itu. Taehyung menjawab, "Tolong bantu Jihyun."

   Jimin mengumpat saat Taehyung memutuskan sambungannya. Ia benar-benar ingin tau, dari mana Taehyung tau bahwa Jihyun itu diculik. Dan kenapa Taehyung memilih meminta bantuan kepadanya, bukan Jungkook.

   Laju mobil Jimin, lama-lama semakin kencang. Ia berusaha secepat mungkin mengendarai kendaraannya. Pikirannya kabur, ia sangat bingung sekarang. Ia tak bisa berpikir jernih.

   Otaknya penuh dengan nama Jihyun, Jihyun, dan Jihyun. Jimin tak bisa membayangkan bagaimana keadaan Jihyun sekarang, apa yang dialaminya sekarang. Apa Jihyun sekarang baik-baik saja, atau mungkin sebaliknya.

   Di tengah fokusnya mengemudi, Jimin memukul stir mobilnya beberapa kali. Menahan air matanya yang hampir mengalir, menetralkan jantungnya yang berdetak tak karuan. Ia tak mau sesuatu yang buruk terjadi pada sahabatnya itu. Sekalipun akhir-akhir ini, sikap Jihyun sangat buruk.

   Beberapa kali, Jimin mengambil napas panjang dan menghembuskannya berat. Untuk mengatur rasa khawatir pada dirinya. Namun, satu hal yang membuatnya gagal. Menangis.

The Wings [Jjk-Kth-Pjm FF]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang