41.Busan II

157 27 2
                                    

   Pagi itu, adalah pagi yang telah dinantikan oleh Jihyun. Pagi yang datang, setelah kejadian yang telah ia alami pada malam itu.

   Gadis itu berjalan gontai dari halte menuju sebuah stasiun, yang letaknya tak terlalu jauh dari kawasan asramanya. Pikiran Jihyun kosong, tak ada yang mampu ia pikirkan saat itu. Seakan, otaknya sudah letih untuk memikirkan hal-hal yang berat.

   Tiba-tiba, Jihyun menghentikan langkahnya. Ia tampak memikirkan sesuatu. Kemudian, ia merogoh tas kecil di samping tubuhnya. Dan mengeluarkan sebuah kotak tipis dari sana.

   Ia tampak menarik napas terlebih dahulu, sebelum ia mendekatkan ponsel itu pada telinganya. "Yoboseyo!" sapanya kepada seseorang di balik sambungan ponsel tersebut. (Halo)

   Seseorang itu menjawab sapaan Jihyun dengan suara yang cukup berat, terdengar bahwa suara tersebut juga dalam keletihan. "Apa hari ini kau sibuk, Taehyung-ah?" tanya Jihyun.

   Keadaan hening sejenak, sampai Taehyung menjawab pertanyaan Jihyun dengan sebuah pertanyaan juga. "Memangnya ada apa?"

   Jihyun terdiam, untuk memikirkan sesuatu. Ia merasa, suara Taehyung terdengar sangat lelah dan tersiksa. Ia juga merasa, Taehyung dalam sebuah masalah sekarang. Namun, Taehyung tak menceritakan semuanya pada Jihyun.

   Setelah melalui pemikiran yang panjang, Jihyun memutuskan untuk tidak memberi tau Taehyung tentang masalah yang telah menimpanya. Ia tak ingin menambah beban yang dimiliki Taehyung.

   "Tidak ada. Aku sedang buru-buru sekarang, aku akan menutup teleponnya," ucap Jihyun dengan intonasi yang menggambarkan orang dalam mode senang.

   Taehyung hanya dapat menganggukkan kepalanya di seberang sana, dan menuruti untuk menutup telepon. Jihyun memang bagus dalam masalah berakting bahagia, karena kesan bahagia memang tak lepas dari dirinya.

   Ia terkenal sebagai yeoja kaya yang hanya mengenal kebahagiaan, tanpa masalah sedikit pun. Kalimat itu memang benar adanya, namun itu dulu. Dulu, sebelum ia mengenal Jungkook dan Taehyung. Sebelum masalah demi masalah mulai menghantuinya.

**-**

   Udara kota Busan seakan sudah menyiapkan diri untuk menyambut Jihyun.

   Udaranya sangat dingin dan juga angin berhembus cukup kuat, yang mengingatkan Jihyun kepada masa kecilnya. Ia mengangkat ujung bibirnya sedikit. Jihyun senang, dapat kembali menginjakkan kaki di kota kelahirannya.

   Gadis itu berjalan dengan tempo yang sangat santai, ia mencoba untuk membuang semua masalah yang ada di dalam otaknya saat itu. Dan kembali mengisi dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi padanya di masa lalu, saat ia berada di Busan.

   Semakin Jihyun mengingat masa lalu dan mencoba untuk tetap kuat, batinnya selalu memberontak. Meneriakkan kata lelah berulang kali, yang membuat dirinya seperti orang yang paling menyedihkan di dunia.

   Ia mencoba sekuat tenaga untuk membuang pikiran-pikiran buruk, namun ia gagal. Semakin ia mencoba, semakin semua keburukan itu bersarang pada otaknya. Seakan mereka telah menemukan rumah yang paling tepat di sana.

   Di tengah perjalannya, ia mengambil ponselnya yang ia selipkan pada saku kiri mantelnya. Mencari alamat yang telah dikirimkan oleh bibinya kepadanya, semalam. Alamat yang tidak pernah diinginkan untuk ia cari, ataupun datangi.

   Namun, itu semua hanya harapan semu. Harapan yang seolah tak pernah setuju dengan dirinya. Karena sekarang, ia harus pergi ke tempat itu. Bahkan mungkin, ia akan berada di sana untuk waktu yang cukup lama. Rumah sakit jiwa.

The Wings [Jjk-Kth-Pjm FF]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang