Hari ini, adalah hari yang sangat menegangkan bagi Jimin. Karena di hari inilah, ia akan mendapatkan pengumuman dari sang dosen. Apakah ia berhak mengikuti sayembara di kampus atau tidak.
Walaupun Jimin tidak begitu menyiapkan materinya. Namun, ia cukup berharap agar ia menjadi salah satu mahasiswa yang terpilih. Karena Jimin tau, siapapun yang terpilih nanti. Akan mendapatkan beasiswa dari kampus dalam kurun waktu satu tahun. Dan bagi Jimin, itu adalah suatu penghargaan yang besar.
Jika saja, ia memang terpilih. Itu artinya, uang yang diberikan ayahnya untuk biaya kuliahnya itu. Dapat ia kirimkan kepada keluarganya di Busan.
Walau Jimin berharap tentang sayembara itu. Namun, di pikirannya sudah terbesit ia tak akan diterima. Karena ia tak memberikan kesiapan penuh dalam materinya. Alasan bekerja itulah yang membuatnya tidak begitu peduli dengan itu semua.
Saat ini, Jimin masih berada di kelas. Menunggu bersama teman-temannya, sampai pengumuman dari dosennya nanti. Ia hanya berbincang dan sesekali melemparkan lelucon dengan teman sekelasnya.
Sesuatu terbesit dari pikiran Jimin, sesuatu yang memang sudah sering berlalu dalam pikirannya. Tidak lain adalah Jihyun.
Jimin memikirkan Jihyun, yang mungkin telah menyerah untuk tidak mengikuti tes tahun ini. Karena Jimin pernah mengatakan pada Jihyun, bahwa ia tak menginginkan sahabatnya itu terpukul seperti tahun lalu. Mengingat tahun lalu, Jihyun sampai mabuk hanya karena masalah itu.
Dan saat Jimin bertanya, jawaban Jihyun membuat Jimin sedikit tercengang. Karena sebab Jihyun merasa sangat terpuruk adalah, Nara yang tidak mau membantunya sama sekali. Bahkan, Nara terkesan tidak peduli dan memikirkan dirinya sendiri.
Jimin mengenal, Nara itu bagaimana. Itu sebabnya, ia tak begitu banyak meminta bantuan kepada Nara. Tapi, satu hal yang membuat Jimin bingung. Menurutnya, Nara sangat bersikap baik padanya. Maksudnya, ia lebih menjadi prioritas Nara dari pada yang lain. Dan Jimin pun sama sekali tak mengerti kenapa itu terjadi.
"Pengumumannya sudah keluar!" seru seseorang dari luar ruangan.
Mendengar seruan itu, semua mahasiswa. Termasuk Jimin, berlari keluar dan bergegas melihat pengumuman itu. Tempatnya sangat ramai. Bahkan, karena tubuh Jimin yang terkesan kecil. Sangat sulit untuk melihat isi pengumuman itu.
Jimin menepuk pundak salah seorang temannya yang berada di depannya, "Ibayo, bagaimana dengan Jimin?" (Permisi)
Seseorang tersebut terlihat melihat papan tersebut, lalu ia berbalik. "Tidak ada, yang masuk hanya dua anak dari setiap fakultas," ucapnya lalu berlalu meninggalkan Jimin.
Sudah Jimin duga, ia tak akan masuk daftar itu. Jimin orangnya sangat tau diri, ia bukan orang yang pandai. Jadi, ia tak akan masuk daftar itu. Maka dari itu, ia tak begitu bersih keras mengerjakannya.
"Jimin-ah...!" panggil sebuah suara dari balik tubuh Jimin.
Dan saat Jimin berbalik, ia menemukan Nara tengah berlari dengan membawa selembar kertas di tangannya. Ia melambaikan tangannya dan tersenyum senang menatap Jimin.
Nara menghentikan langkahnya saat ia sudah berada di depan Jimin, ia mengembangkan senyumannya. Dan memberikan selembar kertas itu kepada Jimin.
Jimin mengambil kertas tersebut lalu membacanya. Ia tersenyum hambar, lalu melipat kertas itu menjadi dua. "Simpan ini!" katanya sedikit lagak.
Nara terlihat terkejut dengan sikap Jimin yang dingin, bahkan ia mengambil kertas itu dengan sedikit kekecewaan.
"Kenapa mereka tidak mengatakan, bahwa yang terpilih akan mendapatkan surat. Kalau begitu 'kan, aku tidak perlu menunggu sampai malam begini," keluh Jimin sambil menautkan bibirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Wings [Jjk-Kth-Pjm FF]
Fiksi PenggemarIni adalah cerita tentang seorang gadis yang memperjuangkan orang-orang yang ia miliki di dalam hidupnya; keluarga; sahabat dan; cinta. Akankah ia berhasil dalam memperjuangkan semuanya? Atau mungkin ia akan kehilangan salah satunya? Hal terburuknya...