Jihyun's POV
"Di mana Jungkook? Aku akan memanggilnya."
"Tunggu dulu! Biarkan Jihyun yang memanggilnya."
Mataku terbelalak lebar saat mendengar ucapan ibuku, apa maksudnya ini? Aku harus kembali ke atas hanya untuk memanggil Jungkook. Dasar Jungkook! Merepotkan sekali.
"Cha ... Jihyunie ... Palli!" Perintah ibuku sekali lagi. (Cepat)
Aku hanya dapat mendengus pasrah, dan berjalan gontai meninggalkan mereka. Ibuku selalu seperti itu. Jika ia memiliki keinginan, keinginan itu harus dipenuhi. Bahkan, aku dan ayahku kadang berbicara di belakang ibuku soal masalah kemanjaannya itu.
Mataku mengedar ke seluruh area ruang tidur Jungkook yang kosong. Pintu kamarnya terbuka, jadi aku bisa melihat seluruh kamarnya tanpa masuk ke dalam. Tak ada seorang pun di sana. Hanya suara keras dari bluetooth speaker yang mengisi kamar itu.
Kuputuskan untuk mencarinya ke dalam, dari mulai kamar mandi sampai tempat musiknya. Kamar ini besar, bahkan ada satu ruangan khusus untuk alat-alat musik. Namun tetap saja, tak ada seorang pun di sana.
Sesaat setelah itu, aku berjalan keluar dan menutup pintu kamar itu. Betapa terkejutnya aku saat berbalik, seseorang berada di belakangku dengan senyumnya yang mengembang. Bahkan aku dapat melihat dengan jelas gigi kelincinya.
"Kau mencariku?" tanyanya, masih dengan senyuman.
"Berhentilah bertingkah bodoh! Mereka sudah menunggu kita," jawabku sambil berjalan meninggalkannya. Dan ia mengikutiku berjalan, tepat di belakangku.
**-**
Jimin's POV
Hari ini menjadi hari yang sangat menyibukkan bagiku, dan seluruh keluargaku. Lebih tepatnya, keluarga ayahku. Kakak tiriku akan melangsungkan pernikahan hari ini, dan ada satu masalah sekarang. Mobil yang akan kami gunakan, tidak bisa menyala.
Beberapa nomor bengkel sudah kuhubungi. Namun, belum ada satu pun yang bisa datang ke sini. Ayahku mengamuk, ia beberapa kali memakiku karena akulah yang ditugaskan untuk mengurusi segala sesuatu yang berhubungan dengan kendaraan.
Ia memang sangat keras padaku, sejak kecil aku tinggal bersama ibuku karena ayahku lebih memilih tinggal dengan mantan istrinya. Lebih tepatnya, mereka menikah lagi setelah bercerai dari ibuku. Tapi, keluarga kami masih berjalan harmonis sampai sekarang.
Selama aku di Seoul, ayahku yang merawatku. Ia berkata sangat merindukanku. Tapi nyatanya, bertegur sapa pun jika aku yang menyapanya.
"Jimin-ah, kau sudah bisa menghubungi salah satunya?"
"Belum, aku sangat bingung."
Gadis di depanku dengan sigap mengambil ponselnya, yang tadinya ia letakkan di dalam tas. Lalu, ia memberikannya padaku seraya berkata, "Aku tidak tau nomor ini masih bisa atau tidak, tapi cobalah! Ini nomor teman kakakku, ia seorang montir."
Aku menaikkan sebelah alisku dan menatapnya dengan tatapan memastikan, lalu ia menganggukkan kepalanya.
"Yeoboseyo! Ne ... Ada masalah di sini. Bisakah kau datang? Ah kamsamnida ...." Rasanya aku bisa bernafas lega saat mendengar montir itu menyuruhku mengirim alamatku sekarang. (Halo, iya, terima kasih)
Aku tersenyum kepada gadis di depanku, dan memeluknya erat. Tidak tau kenapa, aku sangat bahagia. Mungkin karena bebanku menghilang. Karena jika mobil itu tidak segera di tangani, acara pernikahan ini akan kacau. Dan siapa yang akan di salahkan? Tentu saja Park Jimin.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Wings [Jjk-Kth-Pjm FF]
FanfictionIni adalah cerita tentang seorang gadis yang memperjuangkan orang-orang yang ia miliki di dalam hidupnya; keluarga; sahabat dan; cinta. Akankah ia berhasil dalam memperjuangkan semuanya? Atau mungkin ia akan kehilangan salah satunya? Hal terburuknya...