12.Code

310 63 12
                                    

Jihyun's POV

   Udara malam di kota Seoul ini sangat menyegarkan, ditambah suara yang dikeluarkan oleh tuts-tuts piano yang semakin menenangkan.

   Kupejamkan mataku untuk merasakan hembusan angin yang menerpa wajahku dengan perlahan. Juga, merasakan irama musik yang sangat menyejukkan.

   Dalam setiap nada yang dimainkan, mengingatkanku kepada seseorang yang cukup membuka hatiku. Walaupun aku sendiri tidak terlalu memahami kenapa seseorang tersebut yang muncul. Bahkan kalimat sebelumnya tak mengartikan bahwa sesungguhnya aku telah membuka hatiku atau tidak.

   Dan nyatanya, aku menikmati di mana aku terus mengingat wajahnya. Sangat menenangkan.

   "Pesananmu sudah datang!"

   Suara tersebut membangunkanku dari khayalan bodoh yang kuciptakan. Kubuka mataku perlahan dan mendapati pria dengan kostum pelayan tengah berdiri di hadapanku. Ia menunjukkan senyumnya hingga membuat matanya terpejam sempurna.

   "Ada yang lain?" tanyanya.

   Kugelengkan kepalaku mengikuti irama, "Aniyo, tapi duduklah di sini dan temani aku," pintaku. (Tidak)

   "Kau sudah gila? Manager-ku akan memarahiku jika aku melakukannya."

   "Jebal Jimin-ah... setidaknya sampai Nara datang." (Tolong)

   Ia menaikkan kedua bola matanya tampak sedikit berpikir. Lalu melihat ke kanan dan ke kiri. "Arasseo, tapi aku tidak akan lama," ujarnya sambil duduk di sofa di hadapanku. (Baiklah)

   Aku tersenyum simpul lalu kembali masuk ke dalam lamunan gilaku. Sebelumnya, aku tidak pernah merasakan keanehan seperti ini. Keanehan di mana aku memikirkan seseorang dan tersenyum seperti orang gila.

   Kurasakan seseorang memegang pundakku dari belakang, dan pastinya seseorang tersebut adalah Nara. Karena tujuanku datang ke sini adalah bertemu dengan Nara. Kini senyumku semakin mengembang dan kuraih tangan tersebut. Namun aneh, tangannya berbeda. Kuputar kepalaku untuk memastikan dan ...

   "Hai!" sapanya diselingi senyum kotaknya.

    Aku tersenyum dan mempersilahkannya untuk duduk, kutatap Jimin dengan tajam karena ia tidak memberiku aba-aba apapun.

   Jimin menatapku dan seseorang tersebut bergantian kemudian ia mengangkat bahunya tanda ia pun tak mengerti. "Aku harus kembali bekerja," ujarnya lalu berdiri meninggalkan kami.

    "Dimana Jungkook?" tanyaku.

   Pria yang baru datang tadi menggedikkan bahunya tak peduli dan memalingkan wajahnya dariku, menatap para pemain musik yang berada di panggung sambil meneguk secangkir teh yang ada di meja.

    Pria ini memang selalu begini, terlalu acuh. Tak bisa kubayangkan jika ia harus bersosialisasi dengan orang lain dalam masalah pekerjaan nanti, mungkin orang itu akan dengan mudah memutuskan kontrak kerja dengannya.

   Kutatap pria di sampingku yang terfokus pada permainan para pemain musik. Jika ditatap dengan lekat seperti ini, wajahnya menunjukkan ia adalah seorang yang penuntut. Matanya menjelaskan itu semua.

   Sedangkan, gadis pipi dan bibirnya menunjukkan bahwa ia adalah orang yang berkebalikan dari sikap yang matanya tunjukkan.

   "Berhentilah menatapku seperti itu atau kau akan jatuh cinta padaku!"

   Aku mengerutkan dahiku dan mengalihkan pandanganku. Aku bungkam, karena jika aku mengatakan sesuatu pun. Aku tidak tau harus mengatakan apa.

   "Tapi jika kau nyaman melakukannya, maka lanjutkan saja! Aku sama sekali tidak risih."

The Wings [Jjk-Kth-Pjm FF]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang