7.Problem

408 99 16
                                    

Flashback On

Nara's POV

"Noona, apakah kau sudah mendapatkannya?"

"Belum, kurasa aku akan gila."

Aku mengacak rambutku beberapa kali, melihat kertas yang ada di hadapanku serasa hidupku akan segera berakhir.

Sedari tadi kami berdua, tepatnya aku dan Jungkook tak berhenti mencarikan kontak seorang pengacara untuk Jimin. Sebenarnya, dengan mengatakan pada orang tuaku. Mereka akan dengan mudah memberiku kontaknya, bahkan mungkin mereka akan ikut mengurusinya.

Hanya saja, kali ini masalahnya lain. Ini masalah Jimin dan keluarganya. Sebenarnya sudah beberapa kali Jimin mengatakan padaku untuk berhenti memikirkan masalahnya, namun sungguh. Aku tidak bisa.

Aku tak akan bisa membiarkan adik dan ibu Jimin ditelantarkan oleh ayah Jimin. Alasan pria itu selalu, "Biaya hidup kalian sudah kutanggung dengan aku menampung Jimin di rumahku."

Bukankah menyebalkan? Apa kata-kata menampung itu pantas untuk seorang ayah pada anaknya? Kadang, aku tak berhenti mengumpat dalam hati saat Jimin menceritakan kondisi ibu dan adiknya di Busan.

Masalah ini, belum diketahui oleh Jihyun. Jimin mengatakan padaku untuk tidak memberitahu anak itu karena ia akan bertingkah gegabah.

Jihyun sangat menyayangi Jimin dan keluarganya, tentu saja kecuali pria biadap tersebut. Jihyun juga akan melakukan apapun demi Jimin, itulah kelemahanku dibandingkan Jihyun yang tidak dapat kulakukan. Aku tak sehebat dirinya.

Saat Jimin mengatakan ia akan memberitahu Jihyun pun ia mengulurnya sampai sekarang, dan untungnya Jihyun belum mengungkit masalah itu lagi.

"Ada koran lagi? Mungkin aku bisa mencarinya lagi." tanya lelaki yang lebih muda dariku ini kepadaku.

Aku mengangguk dan mengeluarkan beberapa lembar koran dari dalam tasku, kami kembali mencari sesuatu dari sana. Sesuatu yang dapat membantu.

Jungkook tau tentang masalah Jimin, bahkan ia bersedia untuk membantuku. Kami sering keluar bersama hanya untuk membicarakan masalah ini atau untuk meyakinkan orang tuanya kalau kami benar-benar berkencan.

Sudah hampir dua jam, kami seperti ini. Kadang kami juga mencari melalui internet, dan tentu saja kami mencari yang tidak terlalu mahal. Karena kami tau uang dikantong kami tak akan bisa menyewa pengacara yang mahal.

Aku mendengus kesal lalu kuletakkan kepalaku di atas meja taman. Di meja ini biasanya aku, Jimin dan Jihyun berkumpul. Tapi akhir-akhir ini kami jarang melakukannya, aku lebih sering keluar bersama Jungkook daripada bersama mereka.

Bukan karena aku melupakan mereka, tapi karena aku dan Jungkook memiliki banyak persamaan masalah yang biasa kami bagi satu sama lain.

Secara tiba-tiba, Jungkook menepuk punggungku yang membuatku mengangkat kepalaku dan menatapnya. Ia terlihat gelisah dan menatapku dengan tatapan membutuhkan penjelasan.

"Wae?" tanyaku sedikit malas. (Kenapa)

"Sejak kapan kau menyembunyikan ini?" tanyanya sambil menunjukkanku selembar kertas.

Dengan cepat, aku mengambil kertas tersebut dan memasukkannya ke dalam tasku. Kali ini aku tak menatapnya dan kembali berkutat dengan koran-koran dihadapanku.

"Noona, kenapa kau menyimpan ini sendirian?" Tanyanya lagi, namun masih sama. Aku benar-benar tak ingin membahas ini.

Tanpa aba-aba, Jungkook memelukku dari samping. Ia meletakkan kepalanya pada pundakku. Dan kali ini, aku tidak bisa menahannya lagi. Aku menangis.

The Wings [Jjk-Kth-Pjm FF]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang