38.Cry

188 33 6
                                    

   Kejadian yang telah dialami Jihyun tadi, tak akan pernah ia lupakan di dalam hidupnya.

   Di mana, sabahatnya bersikap seakan dirinya adalah seorang penjahat. Pandangannya masih kosong sampai saat ia sampai di depan pintu asrama. Ia menghentikan langkahnya sejenak, menguatkan dirinya untuk kembali melihat Nara. Bukan karena  ia tidak menyukai Nara, hanya saja. Ia hanya tak suka dengan situasi yang sedang di hadapi oleh mereka berdua.

   Jihyun memejamkan matanya, lalu membuka pintu kamar itu. Dan disaat matanya terbuka.

   Kosong.

   Tak ada siapapun di sana, berbeda dengan yang dipikirkan Jihyun. Ia kira, Nara ada di dalam kamar dan tengah tidur membelakanginya. Ternyata ini lebih buruk, Nara tidak pulang.

   Jihyun hanya dapat membatin, apakah dirinya seburuk itu. Apakah ia telah melakukan kesalahan yang besar. Dan apa Nara benar-benar akan meninggalkannya.

   Semua pertanyaan itu membutuhkan jawaban. Namun, tak ada seorang pun yang bisa menjawabnya. Ia merasa, hidupnya sudah cukup berakhir dengan semua yang telah ia alami.

   Walaupun, Jihyun tau benar. Bahwa masih banyak orang di luar sana yang lebih menderita. Tapi, semua yang telah menimpanya ini juga masuk ke dalam list sebuah penderitaan baginya. Sampai kadang, ia berpikir. Kenapa ia harus dilahirkan, jika harus hidup tanpa apa pun sekarang.

   Jihyun berjalan gontai memasuki kamar, dan duduk di atas ranjangnya. Sesekali, ia menatap ranjang Nara yang kosong. Biasanya, jika Jihyun pulang. Nara sudah tertidur. Tapi kali ini tidak, rasanya tampak sangat berbeda.

   Tiba-tiba saja, ia mengingat Jimin. Mengingat semua kalimat Nara yang diucapkan kepadanya tadi. Jihyun menggigit bibir bawahnya untuk kesekian kalinya, ia hanya berusaha untuk tidak menangis. Karena sampai kapan pun, Jihyun akan selalu benci dengan kata "menangis".

   Jihyun memutuskan untuk membersihkan diri. Namun, sebelum ia berdiri dari duduknya. Ponselnya berdering. Ia menatap ponselnya yang ada di atas meja.

   Taehyungie.

   Itulah nama yang ada pada layar ponselnya. Tanpa banyak berpikir, ia mengambil ponsel itu lalu mengangkatnya, "Yoboseyo!" sapanya. (Halo)

   Hening.

   Tak ada suara apa pun dari balik sana. Jihyun mengulang ucapannya sampai beberapa kali, dan setelah itu. Seseorang tersebut barulah menjawabnya, "Gwaenchanhayo?" (Apa kau baik-baik saja)

   Suara itu terdengar sangat pelan, juga dengan napas yang pendek. Jihyun hanya berpikir, mungkin karena Taehyung tidak ingin membuat Jungkook terbangun. Jadi, ia mengecilkan suarannya.

   "Kenapa bertanya seperti itu? Tentu saja aku baik-baik saja," jawab Jihyun sesantai mungkin. Ia tidak mau Taehyung mengetahui kejadian yang telah menimpa dirinya dan juga Nara.

   Taehyung membuang napas, "Baguslah."

   Kini, mereka berdua terdiam. Tak ada satu pun yang membuka pembicaraan. Sampai, di saat Jihyun mendengar sesuatu. Ia mendengar sebuah rintihan. Tampak ada seseorang yang terluka di sana.

   "Taehyung-ah, gwaenchanhayo?" tanya Jihyun secepat mungkin. Namun, tak ada balasan dari ujung sana. Jihyun kembali mengulang pertanyaannya, dan tetap saja. Taehyung tak menjawab itu. "Taehyung-ah!" seru Jihyun untuk yang terakhir kalinya, ia mengeluarkan seluruh suaranya kala itu.

   "Gwaenchana," jawab Taehyung begitu saja. Tapi, Jihyun yakin. Lelaki itu sedang tidak dalam keadaan yang baik-baik saja. Suaranya juga berbeda, yang biasanya terdengar ceria. Kini, tampak seperti suara ketidaksanggupan. (Aku baik-baik saja)

The Wings [Jjk-Kth-Pjm FF]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang