"Jihyun?"
**-**
Nara masih tak dapat percaya dengan fakta yang ia dengar, dan ia lebih memilih untuk diam saat itu. Setelah mendapatkan fakta tadi, Nara mendiamkan Jimin. Dan Jimin sendiri juga lebih memilih untuk diam juga, karena ia tau Nara butuh waktu untuk sendiri.
Sudah sejak saat itu, pandangan Nara kosong. Ia memilin kepalanya perlahan, berusaha menerima semua kenyataan. Karena tidak tau kenapa, rasanya sangat sakit saat mendengar bahwa Jihyun lah yang telah mendonorkan ginjal untuknya.
Setelah sikap yang sudah Nara berikan pada Jihyun selama ini, setelah apa yang telah Nara lakukan padanya. Ia berpikir, semua ini tidak benar. Jihyun pasti terpaksa, pasti ada yang memaksa anak itu.
Karena, sekarang Nara tau. Jihyun itu bukan gadis yang baik, bukan sahabat yang baik juga. Jadi, tidak mungkin Jihyun mau memberikan salah satu ginjalnya pada Nara.
Seseorang menepuk pundak Nara, yang langsung membuat Nara menengok. Dan seseorang itu adalah Jimin, yang tengah menatapnya sekarang.
"Katakan padaku! Itu tidak benar," ucap Nara untuk kesekian kalinya.
Jimin tersenyum, dan menggelengkan kepalanya. Mendapat reaksi itu dari Jimin, Nara kembali menumpukan kepalanya di atas kedua tangan. Sebuah benda bening keluar dari mata indahnya, yang makin lama mengalir semakin deras.
Menyadari keadaan itu, Jimin menarik Nara ke dalam pelukannya. Membiarkan gadis itu mengeluarkan, semua beban yang ia sembunyikan.
Di tengah tangisnya, Nara berkata. "Aku jahat, Jimin-ah."
Jimin semakin mengeratkan pelukannya, "Kau tidak jahat. Kau hanya terlalu buta dengan cintamu itu, dan kau juga tidak tau."
Nara melepaskan dirinya dari pelukan Jimin, lalu menghapus air matanya kasar. "Tapi ini mustahil, Jihyun membenciku. Tidak mungkin ia mau memberikan ginjalnya, untukku," ucapnya dengan suaranya yang bergetar.
"Ia pasti terpaksa, 'kan?" sambungnya.
Ekspresi Jimin berubah, yang semula sangat tenang menjadi memasang ekspresi serius. Ia menghadapkan tubuh Nara padanya, dan membuat gadis itu menatap matanya. Jimin, memberikan tatapan yang cukup dalam.
"Berhenti menghindari kenyataan, Nara-ya. Jihyun yang dulu itu bukan Jihyun yang sekarang," ucap Jimin sembari mengusap air mata yang terus mengalir dari mata Nara.
"Jika sekarang Jihyun adalah orang kaya sombong yang tak berhati, bukan berarti dulu ia juga begitu," sambung Jimin. Ia menurunkan tangannya dari wajah Nara, lalu salah satu tangannya mengepal.
Air mata Nara semakin deras saja, ia tak berhenti menggigit bibir bawahnya untuk menetralkan rasa bersalahnya. "Jika saja saat itu aku tidak bertengkar dengan Jihyun, pasti ia tak akan berubah," ucap Nara.
Jimin menggenggam kedua tangan gadis itu, dan meletakkannya di atas pada sang gadis. "Kau tidak bersalah. Karena, sekali pun kau tidak bertengkar dengannya pun. Jihyun akan tetap berubah," sanggah Jimin.
Nara mengernyitkan dahinya bingung, ia tak mengerti dengan cara Jimin berbicara dengannya. Kenapa Jimin bisa berkata seperti itu, kenapa sekarang Jimin yang tampak membenci Jihyun.
"Kenapa kau berkata seperti itu?" tanyanya setelah Jimin mengatakan kalimat itu.
Namun, sebelum Jimin menjawab pertanyaan Nara. Ponsel Jimin berdering. Dan tampaknya itu berasal dari orang yang penting, karena Jimin langsung berdiri dari duduknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Wings [Jjk-Kth-Pjm FF]
Fiksi PenggemarIni adalah cerita tentang seorang gadis yang memperjuangkan orang-orang yang ia miliki di dalam hidupnya; keluarga; sahabat dan; cinta. Akankah ia berhasil dalam memperjuangkan semuanya? Atau mungkin ia akan kehilangan salah satunya? Hal terburuknya...