Jihyun's POV
Setelah mendapatkan informasi tentang keberadaan Jungkook dan juga Taehyung, aku langsung kembali ke mobil. Dan meminta sopir Jimin untuk mengantarku ke Busan. Karena, jarak antara keberangkatan kami tidak begitu panjang.
Sebenarnya, sopir itu menolak permintaanku dengan alasan akan mendapat teguran dari majikannya. Tapi, dengan banyaknya rayuan dan rengekan yang kukeluarkan. Beliau pun mau mengantarku.
Sudah beberapa jam yang lalu, kami melakukan perjalanan. Hanya beberapa meter lagi, kami akan mencapai tempat tujuan kami. Sebuah tempat, yang aku saja baru satu kali berkunjung ke sana. Dan mungkin, ini akan menjadi kunjungan yang terakhir.
Ketika kami tiba di sana, dua orang penjaga gerbang yang ada di sana tidak mau membukakan gerbang untuk kami. Yang membuatku harus turun dari mobil, dan meminta izin untuk masuk sendiri.
Mereka tampak mengenalku, dan memperbolehkanku untuk masuk. Tapi, tidak dengan mobil dan juga sopir yang kubawa.
Aku meminta Pak sopir, untuk menungguku di luar. Karena, aku tidak akan lama berada di dalam.
Dengan langkah yang tersendat-sendat, kuusahakan untuk berjalan lebih cepat. Agar bisa mencapai ruangan yang kutuju, tanpa membuang waktu yang lama.
Berbeda dengan saat pertama kali aku mengunjungi tempat ini, aku sangat terkesima dan berjalan seperti siput. Bahkan, sampai memperhatikan setiap inci design yang diberikan. Namun, kali ini aku berjalan tanpa memperhatikan interior dan juga hiasan-hiasan mahal yang terletak di tepi ruangan.
Langkahku cukup cepat, untuk keadaan yang seperti ini. Walaupun aku harus menahan, rasa perih dan juga sakit yang berada pada kakiku. Tapi, semua itu akan kulupakan sejenak. Sampai masalahku benar-benar selesai.
Kutelan salivaku sendiri, saat aku sudah berada di depan ruangan yang kutuju. Aku terdiam sesaat, lalu mengetuk pintu besar di hadapanku.
Sebuah suara dari dalam sana, memberikanku izin untuk memasuki ruangan. Jadi, kubuka pintunya dan meyakinkan diriku untuk benar-benar mengakhiri semuanya.
Dapat kulihat, pria paruh baya itu tengah duduk di atas meja kerjanya. Dan sekarang tengah menatapku, setengah terkejut. Kubungkukkan tubuhku untuk memberikan penghormatan, lalu berjalan mendekat ke arahnya.
Beliau mempersilahkanku untuk duduk. Namun, aku lebih memilih untuk tetap berdiri saja. Suasana di antara kami dapat dikatakan sangat hening, karena tidak ada yang mengawali pembicaraan. Dan dari ekspresi wajah yang beliau tunjukkan, beliau sedang dalam keadaan yang tidak baik.
"Bagaimana kabar anda?" tanyaku, untuk mengakhiri keheningan yang tercipta.
Beliau tersenyum tipis. "Tidak buruk," jawabnya singkat.
Aku hanya dapat menganggukkan kepalaku, dan tak berniat bertanya lebih. Karena tujuanku datang, hanya untuk mengakhiri drama yang telah kuciptakan sendiri.
Kuambil napas panjang dan menghembuskannya berat, untuk meyakinkan diriku. "Saya, ingin berhenti," ucapku kemudian.
Beliau memgangkat wajahnya menatapku, dengan wajah yang sangat datar. Tidak ada sedikitpun ekspresi di dalam wajahnya. Kemudian, ia menganggukkan kepalanya. Yang membuatku mengernyitkan dahi tak mengerti.
Beliau sama sekali tak menjawab pertanyaanku, dan malah berdiri dari duduknya kemudian berjalan menjauhiku. Aku berjalan pincang mengikutinya. Lalu, aku mendudukkan tubuhku. Menyatukan kedua tanganku, serta menundukkan kepalaku.
Kucoba untuk menahan air mata yang sebenarnya sudah memberontak ingin keluar, "Saya mohon, saya akan membayar semua yang anda berikan pada saya."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Wings [Jjk-Kth-Pjm FF]
FanfictionIni adalah cerita tentang seorang gadis yang memperjuangkan orang-orang yang ia miliki di dalam hidupnya; keluarga; sahabat dan; cinta. Akankah ia berhasil dalam memperjuangkan semuanya? Atau mungkin ia akan kehilangan salah satunya? Hal terburuknya...