Suara gemericik air yang terjatuh dari atas loteng di sebuah gang kecil, memenuhi seluruh tempat.
Tempatnya cukup sepi, karena hanya ada dua sampai tiga orang saja yang berlalu bergantian di sana. Walaupun tempat itu di tengah kota, tapi tetap saja. Tempat itu hening dan terkesan angker.
Di tempat itulah Jihyun tengah berjalan saat itu. Pada malam yang sudah cukup larut. Ia harus melewati jalan itu, karena ia baru saja pulang dari tempat ia memberikan sebuah les kepada anak sekolah.
Bahasa inggris Jihyun sangat bagus. Jadi, ia tak menyia-nyiakan kesempatan itu untuk membaginya. Walaupun hanya satu minggu sekali, itu sudah cukup untuk membuat dirinya merasa berguna.
Seperti biasa, saat ia melewati tempat itu. Akan ada rasa takut, karena tempat itu memang sangat sepi dan jarang sekali di lalui. Sebenarnya, ada dua jalan untuk mencapai asramanya. Namun, salah satu jalannya membutuhkan waktu sekitar tiga puluh menit. Namun, untuk melewati jalan itu, ia hanya membutuhkan dua puluh menit saja.
Di tengah perjalanannya, ia mendengar ponselnya berbunyi. Dan ia tak menghiraukannya. Karena, itu hanya sebuah pesan saja. Lagi pula, menfokuskan diri pada ponsel di tempat yang seperti itu. Bukan hal yang baik baginya, bagimana jika ada seorang penjahat yang datang.
"Jihyun-ssi."
Terdengar sebuah suara dari balik tubuhnya, dan suara itu bukan suara yang asing baginya. Walaupun Jihyun mendengarnya, ia tetap meneruskan perjalanan. Lebih tepatnya, ia mempercepat langkahnya.
"Jihyun-ah, Naraeyo," ucap suara itu lagi. (Ini Nara)
Mendengar itu, membuat Jihyun langsung membalikkan tubuhnya. Dan mendapati Nara tengah berdiri tidak jauh darinya.
Ia terdiam di tempat, menunggu Nara yang tengah berjalan mendekatinya. Jihyun tersenyum sekaligus mengernyitkan dahinya, saat Nara sudah berdiri di hadapannya dengan sebuah senyuman. "Kenapa kau bisa ada di sini?" tanya Jihyun sambil mengontrol rasa takutnya pada gang itu.
Nara menggeleng, "Aku ingin menjemputmu," jawabnya masih dengan senyuman.
Sebenarnya, Jihyun masih takut. Ia takut, bahwa yang di hadapannya ini bukan Nara. Namun, dari cara Nara menatapnya. Ia benar-benar Nara.
Jihyun membesarkan matanya, "Jjinjayo? Kau mau menjemputku? Ah.. aku sangat terkesan," jawabnya dengan suara yang dibuat-buat. (Benarkah)
Sedangkan Nara, ia hanya menanggapinya dengan anggukan. Lalu, Jihyun merangkulkan tangannya pada Nara. Sembari bersorak ria, "Gajja! Dua gadis pandai akan pulang bersama." (Ayo)
Nara terdiam, saat Jihyun mengajaknya berjalan. Dan itu membuat Jihyun mengernyitkan dahinya bingung. "Waeyo?" tanyanya. (Kenapa)
Nara tersenyum, "Ada yang ingin kau sampaikan padaku?"
"Mwo?" ucap Jihyun sedikit terkejut. Ia berpikir, apa mungkin Nara sudah mendengar tentang usaha ayah Jihyun yang bangkrut. Karena, Jihyun dapat melihat ada ekspresi kecewa pada wajah Nara. (Apa)
Jihyun mengangguk kemudian, "Nde," jawabnya. "Tapi, kita akan bicarakan di asrama saja," sambungnya lalu merangkulkan tangannya pada Nara. (Iya)
Masih sama, Nara tetap terdiam. Namun kali ini, ia melepaskan rangkulan tangan Jihyun. "Waeyo? Kenapa tidak di sini saja?" (Kenapa)
Jihyun menunjukkan wajah penuh aegyo dan menggeleng pelan, sambil berkata, "Aniyo. Jihyunie akan mengatakannya di asrama. Arasseo?" (Tidak, mengerti)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Wings [Jjk-Kth-Pjm FF]
FanfictionIni adalah cerita tentang seorang gadis yang memperjuangkan orang-orang yang ia miliki di dalam hidupnya; keluarga; sahabat dan; cinta. Akankah ia berhasil dalam memperjuangkan semuanya? Atau mungkin ia akan kehilangan salah satunya? Hal terburuknya...