Di malam yang sudah cukup larut, seorang gadis masih berkutat dengan laptopnya. Dengan beberapa buku yang masih tergeletak di sekelilingnya. Gadis itu duduk bersila di atas ranjang dengan laptop berada di atas kakinya. Beberapa kali ia berdesis mengeluh karena tak kunjung menyelesaikan tugas yang tengah ia kerjakan.
Sesekali, ia menengok ke sebelah kanannya. Mengecek keadaan sahabatnya yang sudah tertidur sejak awal malam. Sahabatnya itu tertidur membelakanginya dengan menghadap ke arah dinding. Sebenarnya, ia merasa sangat bersyukur karena sahabatnya itu tidur cepat. Karena ia akan menyelesaikan tugasnya tidak terlalu larut seperti biasanya.
Setelah ia merasa cukup dengan yang ia kerjakan, ia menutup laptopnya dan meletakkannya di atas meja yang tak jauh dari ranjangnya. Ia juga membereskan buku-buku dan beberapa snack yang berserakan di atas ranjang dengan gerakan berhati-hati, tujuannya agar sahabatnya itu tak terbangun.
Di tengah kegiatannya membersihkan sisa-sisa makanan yang ada di ranjangnya, sebuah suara dari balik tubuhnya mengalihkan perhatiannya. "Jihyunie, kau belum tidur?"
Ia memutar kepalanya dan menemukan sahabatnya tengah menatapnya dengan wajah yang setengah sadar, sesekali ia juga mengucek matanya. "Aku akan tidur," jawab Jihyun setenang mungkin.
Sahabatnya itu mengangguk paham dan kembali memejamkan matanya. Jihyun benar-benar bernapas lega karena sahabatnya itu tak bertanya lebih lanjut. Ia putuskan untuk melupakan itu dan pergi keluar kamar untuk mencuci kaki dan juga gosok gigi. Walaupun tadi ia sudah mencuci kakinya, ia akan melakukannya lagi. Karena ia tidak akan bisa tidur jika merasa kakinya tidak segar.
Saat ia kembali, ia membaringkan tubuhnya di atas ranjang dan memejamkan matanya perlahan. Namun, saat matanya sudah tertutup sempurna. Sebuah suara membuatnya membuka matanya, lagi. "Jihyunie, kau bisa mendengarku?"
Jihyun menolehkan kepalanya ke arah sumber suara dan mengangguk pelan. Seseorang itu membuka suara lagi, "Aku ingin bicara, kau bisa?"
Untuk menanggapi lawan bicaranya itu, Jihyun merubah posisi tidurnya menjadi menghadap ke arah orang tersebut. "Tentu saja, bicaralah!"
"Ma'af karena aku menanyakan ini," ia menghentikan kalimatnya sejenak, lalu melanjutkan. "Sejak kapan kau dan Taehyung berkencan?"
Mendengar kalimat itu, ia memahami apa yang sedang sahabatnya maksud. Kemudian, Jihyun terkekeh kecil yang membuat sahabatnya itu menatapnya bingung. "Kami tidak pernah berkencan, Nara-ya," jawabnya sambil berusaha menemukan manik Nara--sahabatnya--di tengah pencahayaan yang redup.
"Lalu yang tadi pagi?" tanyanya lagi yang mendapat gelengan cepat dari Jihyun. "Aku bohong," jawab Jihyun sambil terkekeh lagi. "Mianhae, aku salah," sambungnya. (Ma'af)
Nara menautkan alisnya bingung, lalu ia mengubah posisinya yang tadinya berbaring menjadi duduk bersila menghadap ke arah Jihyun. "Lalu, apa gunanya kau berbohong?" tanyanya dengan cukup menekan.
"Ah itu ..." Jihyun menggantung kalimatnya sejenak, lalu melanjutkan. "Itu keluar begitu saja," jawabnya yang sama sekali tak berbohong kali ini.
"Aku bertanya, apa gunanya?"
Kini pertanyaan Nara semakin menekan saja, wajah Jihyun saat itu sudah cukup menegang. Karena ia tak mungkin mengatakan bahwa Taehyung sedang membantunya dalam mengikuti sayembara, dan ia berkata demikian karena tak ingin Nara dan Jimin tau. Itu bukan ide yang bagus.
Ia berusaha menyembunyikan sikapnya yang sedikit gugup, "Tidak ada gunanya, hanya ingin mengatakan itu saja," jawabnya dengan setengah berbohong.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Wings [Jjk-Kth-Pjm FF]
FanficIni adalah cerita tentang seorang gadis yang memperjuangkan orang-orang yang ia miliki di dalam hidupnya; keluarga; sahabat dan; cinta. Akankah ia berhasil dalam memperjuangkan semuanya? Atau mungkin ia akan kehilangan salah satunya? Hal terburuknya...