Sore itu, temperatur ruang di kota Seoul sangatlah rendah. Sampai, banyak di antara orang-orang yang memilih untuk tidak keluar rumah. Atau jika mereka ada di sekolah atau kampus pun, perpustakaan adalah tempat yang banyak dikunjungi.
Karena, di sana cukup hangat dan juga sangat sunyi. Yang dapat di gunakan untuk menenangkan pikiran, dan menambah ilmu juga.
Jihyun contohnya. Hari ini, ia memilih untuk menghabiskan waktunya di perpustakaan kampus. Setelah kelasnya berakhir, ia langsung melangkahkan kakinya ke sana. Banyak buku yang sudah ia baca, walau tidak sampai habis.
Ia melakukan itu, karena ia tengah menunggu seseorang. Seseorang yang ingin ia temui, hari itu juga. Jadi, dirinya lebih memilih menghabiskan waktu di perpustakaan sambil menunggu kelas orang yang ia tunggu itu selesai.
Setelah Jihyun merasa, kelas seseorang itu telah selesai. Ia berdiri dari duduknya, kemudian mengembalikan semua buku yang telah ia baca.
Berjalan menjauhi perpustakaan, melewati lorong yang sangat sepi. Tak ada siapapun di lorong tersebut, padahal biasanya masih ada tiga sampai lima anak yang berdiri di samping lorong. Dan kali itu berbeda, sepi dan menggema. Setiap pijakan kaki Jihyun, selalu mengeluarkan bunyi yang nyaring di sepanjang lorong.
Dari kejauhan, Jihyun dapat melihat sebuah kelas yang telah mengeluarkan seluruh isinya. Seluruh mahasiswa, dan juga dosennya. Namun, ia tak melihat satu orang yang ia cari.
Dengan langkah yang mantap, ia berjalan menuju kelas tersebut untuk memeriksa apakah kelas itu sudah benar-benar kosong atau belum. Dan benar saja, seseorang orang yang ia cari itu masih ada di dalam sana. Kebiasaan itu tak akan pernah hilang, karena menetap setelah kelas adalah kebiasaan yang dimiliki oleh seseorang tersebut.
Jihyun berdiam diri di ambang pintu, menatap seseorang itu yang tengah menatap fokus layar laptopnya. Kali ini, Jihyun tak ingin membuat suara saat masih di kejauhan. Jadi, ia putuskan untuk berjalan lebih dekat. Tepat satu bangku, di depan seseorang tersebut.
"Apa kabar?"
Itu adalah kalimat pertama yang Jihyun ucapkan, dengan ekspresinya yang masih saja datar. Seseorang itu, mengangkat kepalanya dan menatap sedikit terkejut Jihyun. Namun, ia kembali meneruskan kegiatannya dan tidak mengindahkan ucapan Jihyun.
Jihyun tersenyum, kemudian membalikkan satu kursi untuk dihadapkan pada seseorang itu. Lalu ia duduk di sana, "Jimin-ah," panggil Jihyun ringan.
Lelaki itu tak bergeming, dan terus melanjutkan aktivitasnnya. Bukan karena ia tak mendengar, tapi karena ia sudah merasa lelah menghadapi gadis di depannya itu. "Jimin-ah," panggil Jihyun lagi. Kali ini, Jihyun meraih tangan Jimin yang sedang menggerakkan mouse.
Jimin mengangkat kepalanya, menatap tangannya yang tengah di genggam. Lalu, melepaskan tangan itu menggunakan tangan yang lain. Setelah itu, ia kembali fokus dengan laptop dan segala yang ada di dalamnya.
Jihyun menghela napas berat, "Aku lelah," ucapnya dengan nada suara yang cukup bergetar.
Jimin tetap terfokus pada pekerjaannya, tapi ia juga menunggu apa yang ingin Jihyun katakan. Ia tak mengerti, Jihyun ini maunya apa. Setelah Jimin mendapat penghinaan seperti itu kemarin, dan sekarang Jihyun menemuinya.
"Jika aku bicara, aku mohon dengarkan aku! Aku tidak peduli, kau akan percaya atau tidak," ucap Jihyun lagi. Kali ini, suaranya sudah bergetar sempurna.
Yang langsung membuat Jimin, menatap sosok yang ada di hadapannya itu. Ia melihat Jihyun menangis, menatap sepatunya. Dan dapat ia lihat dengan jelas, Jihyun juga menahan air mata itu. Seperti yang biasa Jihyun lakukan jika menangis.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Wings [Jjk-Kth-Pjm FF]
Fiksi PenggemarIni adalah cerita tentang seorang gadis yang memperjuangkan orang-orang yang ia miliki di dalam hidupnya; keluarga; sahabat dan; cinta. Akankah ia berhasil dalam memperjuangkan semuanya? Atau mungkin ia akan kehilangan salah satunya? Hal terburuknya...