"Tunggu! Apa sesuatu terjadi pada tulang belakangnya? Jika iya, bagaimana bisa terjadi? Di mana? Kapan? Apa saat itu ..." tanya seorang gadis kepada Jungkook bertubi-tubi, namun Jungkook sama sekali tak menghiraukan apa yang dilakukan gadis tersebut.
"Ya! Jungkook-sshi! Bisakah kau berhenti dan menjelaskan sesuatu padaku?"
"Ssst... "
Kali Jungkook tak tinggal diam, ia berhenti dari langkahnya dan meletakkan jari telunjuknya di depan mulutnya. "Ikuti saja aku, kita sekarang sedang berada di rumah sakit bukan di acara festival."
Gadis itu hanya mengangguk patuh dan terus mengikuti langkah Jungkook untuk membawanya ke suatu tempat. Entah apa yang ada dalam pemikiran gadis itu, tapi ia benar-benar terlihat seperti orang linglung setelah membaca tulisan yang berada di depan rumah sakit tadi.
Tiba-tiba saja Jungkook menghentikan langkahnya dan menatap lurus ke depan, dalam diam. "Wae?" tanya gadis tersebut. (Kenapa)
Gadis tersebut mengikuti arah pandang Jungkook dan menemukan sesuatu. Ralat. Menemukan seseorang yang mungkin bisa menjawab semua yang tengah ia pertanyakan sekarang. Ia berlari kecil ke arah pria yang tengah duduk dengan menumpuhkan kedua sikunya di atas paha dan membenamkan wajahnya pada tangan mungilnya.
"Jiminie... " sapa gadis tersebut.
Alih-alih mendengar sebuah suara yang memanggil namanya, ia mengangkat kepalanya dan menatap ke arah sumber suara. "Kau, di sini?" Itulah kalimat pertama yang diucapkan oleh Jimin kepada gadis tersebut, yang membuat gadis tersebut sedikit merasa tidak nyaman.
"Sesuatu telah terjadi padanya, kau tau apa itu?"
Jimin menghela nafas berat lalu tersenyum getir. Ia mengalihkan pandangannya yang semula menatap gadis tersebut kini menatap ke arah Jungkook. "Jungkook belum mengatakan apa pun rupanya. Apa kabar denganmu dan Taehyung, Jihyunie?"
Gadis tersebut--Jihyun--mengernyitkan dahinya bingung. "Aku dan Taehyung?"
"Masih sama sepertiku dan Nara noona." Kini Jungkook lah yang bersedia menjawab pertanyaan dari Jimin.
Jimin menganggukkan kepalanya mengerti lalu melanjutkan, "Aku tidak tahu harus memulai dari mana, tapi Nara sedang dalam keadaan yang tidak baik."
Kini, alis Jihyun benar-benar telah menyatu. Ia sama sekali tidak mengerti dengan apa yang di bicarakan oleh Jimin. "Sesuatu terjadi pada tulang belakangnya?" tanyanya dengan polos.
Jimin terkekeh kecil saat mendengar pertanyaan dari sahabat kecilnya itu. "Kau pikir orang masuk rumah sakit ini hanya karena masalah tulang belakang?"
Jihyun menggedikkan bahunya tanda tak mengerti. Lalu ia menempatkan dirinya duduk di samping Jimin. "Aku tidak suka yang bertele-tele, kau tau?"
Jimin kembali menatap ke arah Jungkook yang tengah berdiri di samping kursi mereka, namun Jungkook tak memberikan reaksi apa pun dan hanya bermain dengan pikirannya sendiri. Kali ini, Jimin menatap Jihyun dalam. "Bisakah kau berjanji padaku untuk mengendalikan dirimu?"
Jihyun mengganggukkan kepalanya cepat dan membalas tatapan Jimin dengan sama dalamnya. "Nara membutuhkan ginjal baru."
Pikiran gadis itu terlihat kosong dari caranya menatap Jimin sekarang, ia mengusap wajahnya menggunakan tangan kirinya dan berjalan mendekati pintu di hadapan mereka. Ia dapat melihat dari balik kaca pada pintu, bahwa di dalam sana terdapat gadis yang tengah terbaring lemah dengan beberapa alat yang membalutnya.
"Jimin-ah... Kau sudah menelepon orang tua Nara? Apa mereka tau ini?"
Jimin mengangguk lalu berkata, "Mereka ada di luar negeri karena bisnis mereka."
"Kkamjagiya, tidakkah mereka berpikir untuk pulang saat mendengar anaknya berada di rumah sakit?" runtuk Jihyun terang-terangan.
"Tidak."
Jawaban itu bukan jawaban yang sedang Jihyun inginkan saat ini, karena ia tidak ingin Nara mendapatkan perlakuan semacam itu dari orang tuanya. Ia menghela nafas berat lalu menyandarkan tubuhnya pada dinding di samping pintu, ia menatap langit-langit yang dapat dipastikan bahwa ia tengah menahan cairan panas untuk tidak keluar dari matanya.
"Kenapa bukan aku saja," gumamnya yang dapat di dengar dengan jelas oleh Jimin. Jimin berdiri dari duduknya dan berdiri tepat di hadapan gadis tersebut. Ia menarik tubuh Jihyun dan mendekapnya hangat. "Jangan pernah menahan air matamu! Menangis bukanlah hal yang salah," ucap Jimin pelan tepat di telinga Jihyun.
Jihyun sama sekali tidak membalas pelukan dari Jimin namun ia juga tidak menolaknya. Ia hanya membenamkan kepadanya pada pundak Jimin. "Kenapa kau selalu ingin terlihat kuat di depanku padahal aku tau kau ini hanya gadis lemah yang membutuhkan sebuah pelukan." Lagi-lagi kata-kata Jimin tak membuat gadis tersebut melepas pelukan Jimin, namun ia malah membalas pelukan dari sahabatnya itu dan mempereratnya.
"Rumah sakit sedang berusaha mendapatkan donor ginjalnya." Suara Jungkook menyadarkan Jihyun bahwa seseorang tengah menatapnya sekarang, jadi ia putuskan untuk melepas pelukan dari Jimin dan menatap Jungkook seolah meminta ma'af. "Tapi mereka tidak bisa menjamin itu," sambungnya.
"Nara noona memiliki golongan darah yang cukup jarang," katanya lalu memposisikan dirinya untuk duduk.
Jihyun berjalan mendekati pria yang lebih muda darinya itu. "Dia akan baik-baik saja," ujar Jihyun sambil menepuk pundaknya. "Kau tau? Jika Nara bisa menyembunyikan ini dari kami selama ini, pasti ia juga bisa melewati ini sekarang."
Gadis itu mencoba untuk menenangkan Jungkook yang sedari tadi terlihat sangat khawatir. Mengingat pria yang membuat hatinya berdebar itu sampai menangis karena keadaan Nara.
Jungkook menengadahkan kepalanya dan menatap Jihyun bersama senyum tipisnya, "Gomawoyo... " Jihyun menganggukkan kepalanya dan membalas senyuman Jungkook. "Noona," lanjutnya. (Terima kasih)
Jihyun terkejut untuk beberapa saat, namun ia kembali memasang wajah dengan senyum setelahnya.
"Jimin-ah... kau tidak bekerja?"
Jimin menggeleng pelan. "Aku tidak akan meninggalkan Nara di sini."
"Aku dan jungkook ada di sini, pergilah!"
Jimin kembali menggelengkan kepalanya lalu berkata, "Jika salah satu dari kita sakit, maka dua di antara kita akan menggantikan peran eomma-appa dalam situasi itu." Jihyun tersenyum kecil saat mengingat perkataanya pada Jimin dan Nara waktu itu. Tak bisa disalahkan jika Jimin sangat menaati apa yang pernah ia ucapkan sekitar satu tahun yang lalu. Dan kali ini, ia memilih untuk tetap diam
Namun dalam diamnya inilah, yang memberikan dirinya suatu pencerahan. Ia menjentikkan jarinya seolah ia mendapat ide yang sangat cemerlang. Sedangkan Jimin dan Jungkook tengah menatap gadis tersebut dengan terheran-heran.
"Ada apa?" tanya Jimin.
"Aku memiliki golongan darah yang sama dengan Nara, kenapa aku baru mengingatnya."
Kedua pria tersebut sama-sama membeku mendengar perkataan Jihyun, bahkan gadis itu mengatakan itu semudah membalikkan telapak tangan. Sedangkan, pada diri kedua pria itu sama-sama memberontak agar itu tidak akan terjadi.
"Apa kau gila?"
"Kurasa kau cukup gila jika kau ingin melakukannya."
Dan Jihyun, saat ia mendengar perkataan dari dua pria tersebut. Ia hanya dapat tersenyum puas dan menatap keduanya. "Iya."
I can do anything for someone who cares and understands me a lot. Bestie.
-to be continue-
Just one word I want to tell ...
"Thanks." 🙂
Purple love,
Audi
KAMU SEDANG MEMBACA
The Wings [Jjk-Kth-Pjm FF]
FanficIni adalah cerita tentang seorang gadis yang memperjuangkan orang-orang yang ia miliki di dalam hidupnya; keluarga; sahabat dan; cinta. Akankah ia berhasil dalam memperjuangkan semuanya? Atau mungkin ia akan kehilangan salah satunya? Hal terburuknya...