36.Her Loved One

190 34 2
                                    

   Sebuah mobil berwarna hitam menghentikan lajunya, di depan sebuah gedung dengan gerbang besi yang besar. Tak berselang lama setelah itu, seorang gadis--Jihyun--keluar dari mobil tersebut. Lalu berdiri tepat di samping mobil.

   "Kau harus ingat, bahwa aku tak akan meninggalkanmu," ucap gadis itu kepada seseorang yang berada di dalam mobil. "Sudahlah, ga! Ini sudah malam," sambungnya. (Pergilah)

   Mobil hitam itu kini sudah menyalakan mesinnya. Kemudian, seseorang di dalam mobil tersebut membuka suara. "Jaljayo, chagiya ... " ucap seseorang tersebut lalu melajukan mobilnya. (Selamat malam)

   Gadis itu berjalan gontai menuju kamarnya. Terlihat jelas, bahwa ia sangat letih. Dari mulai kejadian yang menimpanya dengan Taehyung, saat di kampus tadi. Kejadian yang akan menjadi kejadian paling ia benci seumur hidupnya.

   Kemudian, ia harus menghadapi sebuah akibat dari perbuatannya. Menghadapi, bahwa di sana ada seseorang yang masih meminta harapan darinya. Namun, ia tak bisa memenuhi harapan itu. Itulah sebabnya, ia merasa sangat lelah. Lelah fisik maupun hati dan pikiran.

   Setelah sampai di kamarnya, Jihyun merebahkan tubuhnya di atas ranjang yang sudah ia idam-idamkan sedari tadi. Sekali, ia menolehkan kepalanya ke arah Nara. Yang sudah tertidur pulas menghadap ke arahnya.

   Jihyun memutuskan untuk membersihkan diri dan merapikan dirinya. Setelah selesai dengan dirinya, ia sudah merasa cukup segar dengan tubuhnya. Namun, hati dan pikirannya tetap sama. Lelah.

   Ia merebahkan tubuhnya di atas ranjang, menarik selimut. Lalu, memejamkan matanya. Namun, belum ada lima detik ia memejamkan mata. Ponselnya berdering keras, yang membuatnya langsung tersontak dan memutuskan untuk membuatnya cepat mati.

   Ia menolehkan kepalanya untuk mengecek, apakah Nara terbangun atau tidak. Melihat Nara yang masih tertidur, ia menghembuskan nafas lega. Lalu berkata, "Yoboseyo eomma, kenapa menelpon selarut ini?" (Halo ibu)

   Hening, tak ada suara apapun.

   "Eomma! Kau masih di sana?" panggil Jihyun sekali lagi. Namun, tetap sama. Hanya keheningan yang ia dapatkan.

   Jantung Jihyun mulai berdetak cepat, ia merasa sedikit khawatir dengan ibunya. "Eomma, waeyo? Jangan membuatku panik!"

   Untuk kesekian kalinya, Jihyun tak mendapatkan jawaban apapun. Saat Jihyun, ingin memanggil ibunya lagi. Tiba-tiba terdengar suara dari seberang telepon. Suaranya terdengar serak dan sulit untuk keluar. "Jihyun-ah."

   Gadis itu hanya mengangguk untuk menanggapi, walaupun sebenarnya anggukan itu tak bermakna apapun. "Apa kau baik-baik saja di sana?" tanya ibu Jihyun dengan sangat lembut.

   Jihyun merasa sesuatu yang tidak beres telah terjadi. Mulai dari ibunya yang menelpon di jam seperti itu, suaranya yang serak, dan nada bicaranya yang halus. Tak biasanya ibunya melakukan itu semua. "Eommo-nim, apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Jihyun.

   "Mwo? Memangnya apa yang terjadi?" Bukannya menjawab, ibu Jihyun malah memberikan pertanyaan yang lain. "Apa uangmu bulan ini masih ada?" sambungnya setelah itu. (Apa)

   Jihyun mengangguk, "Masih, tapi sedikit. Kau mau mengirimkan uang? Ah... baik sekali," ucapnya dengan sebuah senyum yang tercipta saat mengatakan, kalimat terakhirnya.

   "Jihyun-ah," panggil ibu Jihyun dengan nada menggantungkan kalimat. Ia menghentikan kalimatnya sejenak, lalu melanjutkan, "Mulai sekarang, kau harus mulai mencari uang sendiri.

   Jihyun mengernyitkan dahinya bingung, "Maksud eomma?"

   Tak ada jawaban yang didapatkan setelah itu, Jihyun malah mendengar sebuah isakan di ujung sana. Perasaan Jihyun mulai tidak enak, apa yang membuat ibunya menangis seperti itu. "Eommo-nim, katakan apa yang sebenarnya terjadi?"

The Wings [Jjk-Kth-Pjm FF]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang