Empat

3.1K 303 8
                                    

Bunyi pulpen bergesekan dengan kertas memenuhi ruangan kelas Melodi. Pak Nusa, guru Biologi mereka, sedang menyuruh mereka membuat ringkasan dari buku paket pelajaran setelah satu setengah jam sebelumnya menerangkan bab yang sedang mereka pelajari.

Bel istirahat menyelamatkan tangan mereka dari rasa pegal. Semuanya langsung meletakkan pulpen mereka, tidak terkecuali Melodi dan Lea. Pak Nusa lalu meminta mereka membereskan bukunya dan mengumpulkannya ke depan.

"Melodi, bisa bantu Bapak kembalikan buku-buku ini ke perpustakaan?"

Melodi mengangguk, "Ya, Pak."

Gadis itu berdiri dari bangkunya. Baru setengah jalan menuju meja guru, seseorang menjegal kakinya.

Dengan sigap, Melodi meraih ujung meja si penjegal. Di detik-detik terakhir, ia berhasil mendapatkan kembali keseimbangannya. Matanya melirik tajam ke arah si penjegal. Adela, salah satu murid yang terkenal cantik dan kaya di sekolah—juga salah satu murid paling menyebalkan menurut Melodi Hujan, selain gengnya Raisa.

"Cuma seorang pengecut yang menjatuhkan orang lain dengan cara licik."

Desisan Melodi tidak keras, tapi itu cukup membekukan seisi kelas yang tadi sedang menertawakan keras Melodi yang hampir terjatuh.

"Ehem," Nusa berdeham. "Melodi ...?"

Melodi menoleh pada Nusa, lalu mengangguk. Ia menghampiri meja guru dan membantu Nusa membawa sebagian buku ke perpustakaan.

"Kamu baik-baik saja?" tanya Nusa ketika mereka sudah berjalan agak jauh dari kelas Melodi.

Melodi mengangguk, "Saya baik-baik aja. Makasih udah nanya, Pak."

"Apa teman-teman kamu sering seperti itu?"

Melodi hanya mengangguk untuk menjawab pertanyaan Nusa.

"Kamu nggak merasa risih?"

Gadis itu hanya tersenyum, "Dulu sempet risih, Pak. Tapi lama-lama saya memutuskan bersikap acuh sama mereka. Nggak ada gunanya saya tanggapi."

"Tapi mereka menganggu kamu,"

"Saya baik-baik aja, Pak. Kalau mereka udah keterlaluan banget, saya pasti ngelawan kok, Pak."
Melodi menyadari Nusa sedang menatapnya begitu ia menyelesaikan kalimatnya.

"Melodi," Nusa memanggil namanya, "Kamu bisa cerita ke saya kapan saja kamu mau."

Melodi tersenyum kecil, "Makasih banyak, Pak. Tapi saya nggak mau pacar Bapak cemburu kalau Bapak terlalu dekat sama murid Bapak."

Kali ini Nusa tertawa, "It's okay. Dia akan mengerti. Lagipula, selama ini saya yang selalu cemburu karena dia sering banget didekati dan ditembak banyak cowok. Sesekali bikin dia cemburu, gak masalah."

Melodi tersenyum. Pacar Nusa adalah seorang model cantik, selebgram yang akhir-akhir ini sedang naik daun karena suara merdunya yang mempesona banyak orang. Dengar-dengar, dulu ia adalah anak SMA Angkasa juga, beberapa tingkat di atas Melodi. Dulu, tidak ada yang menyangka bahwa gadis itu akan menjadi pacar Nusa mengingat gadis itu sangat tidak suka pada Nusa. Sekarang, justru hubungan mereka awet bertahun-tahun.

Yeah, batas benci dan cinta emang tipis banget.

"Mungkin udah waktunya Bapak lamar pacar Bapak, biar gak semakin banyak yang lirik-lirik dia." celetuk Melodi.

Tanpa disangkanya, Nusa menanggapinya dengan serius. "Menurut kamu begitu, Mel?"

"Berhubung Bapak sama kak Mentari udah pacaran lama, Bapak udah cukup nafkah, kak Mentari juga udah cukup umur buat nikah, menurut saya nggak ada salahnya buat dicoba, Pak." ujar Melodi. "Tapi, Bapak yang lebih tahu kak Mentari, apakah dia siap dilamar atau nggak. Jangan sampai gara-gara ngikutin saran saya, kak Mentari malah mutusin Bapak karena ngerasa dikejar-kejar om-om yang maksa dia buat nikah."

PetrichorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang