Sembilan

3K 259 6
                                    

Keesokan paginya, lagi-lagi wajah Gema yang pertama Melodi hadapi saat ia tiba di sekolah. Pemuda itu bahkan tidak menunggu di koridor utama seperti kemarin. Ia menunggu di gerbang sekolah, berdiri diam di bawah rintik-rintik hujan yang turun pagi itu. Tidak mempedulikan orang-orang yang berlalu lalang di hadapannya. Tidak mempedulikan gadis-gadis yang menyapanya. Bahkan Gema sudah tidak mempedulikan bajunya yang sudah lembap karena diterpa hujan sedari tadi.

Mau apalagi sih dia!?  gerutu Melodi dalam hati. Ia berjalan melewati gerbang sekolah, mengacuhkan Gema seolah pemuda itu tidak ada disana. Tidak butuh waktu lama, Gema segera menyusulnya.

"Melodi,"

Gema menjajari Melodi yang berjalan cepat ke arah kelasnya.

"Mel, dengerin gue dulu."

Melodi mengacuhkan Gema.

"Melodi ..."

Kakinya tetap melangkah, mulai menyusuri koridor utama.

"Mel, gue mau minta maaf soal lukisan lo. Kemarin gue nggak sengaja tabrak lo, gue lagi lari dari Ardi."

Melodi mendengus dalam hati. Lari-larian di sekolah, kayak anak kecil.

"Mel ..."

Lagi-lagi Melodi mengacuhkan Gema. Gadis itu malah berjalan semakin cepat ke arah kelasnya.

"Mel ..."

Melodi menepiskan lengan Gema yang mencengkram pergelangan tangannya. Ia mendelik pada pemuda itu.

"Jangan pegang-pegang gue!"

Dilihatnya Gema menghembuskan nafas lega. Hah? Kenapa? Melodi kan membentaknya, kenapa dia malah terlihat lega?

"Akhirnya lo mau ngomong sama gue."

Melodi mendengus, berbalik dan berjalan cepat ke arah kelasnya. Ia menaiki anak tangga dengan kaki yang menghentak-hentak, pertanda ia sedang emosi.

"Melodi Hujan,"

Gadis itu sama sekali tidak memelankan langkahnya.

"Melodi Hujan, kalau jalan lihat-lihat ke depan."

Mendengar kalimat itu, Melodi menyadari bahwa seseorang sedang berdiri tepat di jalan yang hendak ia lewati. Kepalanya mendongkak. Ia terkejut ketika Gema sudah berada di hadapannya, menghalangi jalannya.

"Minggir!" bentak Melodi.

"Mel, gue mau minta maaf sama lo. Kita bicara baik-baik, ya?"

Melodi mendengus, "Nggak perlu!"

"Apa gue nggak dikasih kesempatan buat ngejelasin?"

"Nggak!"

"Mel, gue kan punya hak buat ngejelasin."

Melodi mengacuhkannya.

"Lo marah banget sama gue, ya?"

Melodi tidak mempedulikan Gema. Ia kembali berjalan ke kelasnya.

"Apa yang bisa gue lakuin supaya lo maafin gue?"

"Gak ada."

"Tapi gue nggak suka lo giniin gue," Gema mulai merajuk.

"Apaan sih, Gema Guntur. Berisik. Biarin gue hidup tenang."

"Tapi jangan diemin gue, Mel."

Melodi berdecak, "Ya ampun, Gema Guntur, diemin gimana sih maksudnya? Biasanya juga kita nggak pernah ngobrol. Biasanya juga lo cuek sama gue." Baru beberapa hari terakhir saja pemuda itu sok dekat, sok akrab mengajaknya mengobrol.

PetrichorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang