Badai - Dua Belas

1.2K 129 4
                                    

Untuk sekarang, hujan tak lagi bermelodi.

Sayangnya, itu hanya berlaku pada Melodi Hujan. Bagi Gema Guntur, sekarang, nanti, atau kapanpun, hujan akan selalu bermelodi.

Bahkan saat sang Hujan menjauh dari panca indranya.

"Melodi!" Gema bergegas mengejar Melodi yang berlari menjauh dari koridor, tidak lagi mempedulikan Aria yang masih berdiri kaku di belakangnya. Tangannya meraih kasar lukisan yang dijatuhkan Melodi, lalu kembali berlari mengejar gadis itu. Sekelebat, ia melihat Melodi berlari ke arah belakang sekolah. Beruntungnya, koridor kelas satu tidak terlalu ramai sehingga tidak ada yang melihat adegan ala FTV yang sedang dilakukan Melodi dan Gema.

Kalau Melodi tahu Gema sedang mengejarnya, Gema yakin gadis itu akan marah dengan berkata ketus tentang mereka yang sedang tidak bermain FTV "Kejar Daku Kau Kutangkap". Maka, Gema hanya berlari pelan untuk mengejar Melodi—demi membuat adegan kejar-mengejar itu tidak terlihat mencolok di mata orang-orang yang kini sedang menatapnya bingung. Namun begitu sampai di halaman belakang, ketika hampir tidak ada orang yang memperhatikan mereka, Gema mempercepat larinya dan meraih lengan Melodi agar gadis itu mau berhenti menghindar.

"Lepasin!" bentak Melodi begitu menyadari seseorang menahan tangannya. Ia berbalik dan melotot galak pada Gema yang terengah-engah di belakangnya.

"Nggak mau. Nanti kamu lari lagi," sahut Gema di sela nafasnya yang putus-putus. Ia ingin sekali menekan rusuknya yang terasa sakit akibat berlari, tapi dengan satu tangan memegang Melodi dan satu tangan lainnya memegang lukisan gadis itu, Gema harus puas menahan rasa nyerinya hanya dengan meringis kecil.

"Kenapa?" tanya Melodi, sadar kalau pemuda di hadapannya tiba-tiba meringis.

Gema tersenyum kecil. Gadisnya ini, walau tadi berlari kencang menghindar, tapi ternyata dia masih bisa khawatir.

"Lari kamu kenceng banget," ujar Gema pada akhirnya. Nafasnya mulai teratur, rusuknya sudah tidak sesakit beberapa detik sebelumnya. "Kenapa kamu lari?"

Melodi menghela nafas, "Nggak tahu,"

"Kamu ngelihat aku sama Aria?" tanyanya lagi.

Melodi diam, dan Gema menganggap itu sebagai jawaban 'iya'. Salah satu sudut bibir Gema tertarik ke atas.

"Tebakanku, kamu cemburu."

Melodi melotot padanya, tapi tidak berkata apa-apa. Membuat Gema harus mati-matian menahan tawa.

"Iya 'kan?"

"Sok tahu!" dengus Melodi.

"Akuin aja, Mel," seringai di wajah Gema semakin lebar, membuat Melodi semakin melotot galak, tidak terima. Sadar akan hal itu, Gema mengubah seringainya menjadi senyum.

"Apapun yang kamu lihat, aku yakin itu beda sama apa yang terjadi." ujar Gema. "Kalau kamu lihat jarak aku yang deket banget sama Aria, aku nggak bakal ngasih pembelaan diri. Aku emang lagi bisikin sesuatu sama dia."

Melodi membuang nafas kasar, tanda dia sedang mencela Gema. Senyum Gema semakin lebar.

"Tapi kamu perlu tahu apa yang jadi alasan aku ngelakuin hal itu ke dia."

Melodi menatap Gema dengan manik matanya.

"Aku cuma ngasih peringatan sama dia supaya jangan gangguin aku sama pacar aku."

Melodi menatapnya tak percaya, "Kan bisa bicara baik-baik, nggak perlu bisik-bisik."

Gema tersenyum, "Dengan resiko ada yang dengar kata-kataku? Aku nggak mau, Mel. Karena yang aku ucapin ke dia bukan sekedar kalimat tadi."

PetrichorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang