Pepatah bilang, bagi orang yang jatuh cinta, tai ayam bisa berasa coklat. Pepatah darimana, Melodi juga tidak tahu. Apakah memang orang yang pertama kali menecetuskan itu sudah pernah merasakan menjilati tai ayam saat dia merasa jatuh cinta atau tidak, Melodi tidak tahu. Melodi juga tidak mengerti kenapa si pembuat pepatah menganalogikannya dengan coklat. Ia juga tidak berminat merasakan pupuk alami yang keluar dari hewan kesayangan Upin dan Ipin itu dan benar-benar membandingkannya dengan rasa coklat. Cukuplah ia tahu, kalau kebanyakan orang percaya akan pepatah itu.
Walau begitu, akan butuh beberapa bulan atau beberapa tahun untuk Melodi mengerti bahwa kalimat itu hanya mengisyaratkan kalau saat jatuh cinta, segala yang terlihat menjijikan dan tidak menyenangkan berubah menjadi indah.
Setidaknya, Gema meyakini itu.
Iya, pemuda yang dulu Melodi kenal sebagai pemuda kalem, kaku, dan si anak mami percaya akan hal itu. Pemuda yang di awal-awal kehadirannnya pernah Melodi tolak mentah-mentah. Pemuda yang di saat bersamaan, selalu memberikan warna baru di hidup Melodi. Pemuda yang sudah satu bulan ini menjadi pacarnya. Pemuda yang sudah satu bulan ini memberikan rasa lain di hatinya. Bukan cinta. Hanya sekedar rasa suka dan kenyamanan berlebihan. Bukan cinta. Bukan.
Atau setidaknya, belum.
Melodi belum bisa mengatakan kalau sekarang ia jatuh cinta pada Gema. Bagi Melodi, cinta di masa-masa SMA hanyalah cinta semu, sebatas cinta monyet—yang kata Lea, hilang cintanya, tinggal monyetnya saja—Melodi tertawa saat Lea mengatakan itu. Bagi anak SMA sepertinya, tidak perlulah ia dipusingkan dengan masalah cinta. Prinsipnya, menyukai lawan jenis itu wajar, setiap remaja yang mengalami pubertas pasti akan merasakannya, tidak terkecuali Melodi. Lain urusan kalau harus mengatakan—apalagi membual—soal cinta. Hidupnya saja sudah begitu rumit, apalagi jika dicampuri dengan bumbu-bumbu cinta. Pun ketika Nusa, sang guru Biologi, pernah menggodanya dengan mengatakan kalau suatu saat, siapa yang tahu kalau cowok paling ganteng se-SMA Angkasa alias pemuda bernama Gema Guntur akan naksir padanya.
Saat itu Melodi hanya tertawa menanggapinya, menggelengkan kepala tanda tak percaya pada gurunya. Ia tidak pernah percaya rasa cinta atau suka itu akan datang menghampiri. Menghampiri mereka, tepatnya. Sampai sebulan lalu, saat Gema bertanya apakah Melodi mau menghabiskan waktu bersamanya sebagai seorang pacar, bukan lagi teman seperti biasa. Pertanyaan yang berselang tak lama dari hari Gema mengatakan kalau ia menyukai si gadis Hujan.
Pertanyaan yang dijawabnya dengan kata 'ya'.
Kalau ada yang bertanya mengapa Melodi menjawab pertanyaan Gema dengan kata 'ya', Melodi juga tak tahu. Ia hanya tahu kalau ia menyukai pemuda itu, merasa nyaman disampingnya, merasa dilindungi oleh seorang laki-laki—sesuatu yang hilang semenjak ayahnya pergi dan pamannya sakit. Melodi pernah berpikir semalaman, pernah bertanya-tanya apa mungkin rasa nyaman itu hadir karena kasih sayang yang selalu diharapkannya dari seorang kakak laki-laki yang tidak pernah ia punya. Dan Melodi tahu kalau jawabannya adalah bukan ketika sadar, memangnya kakak mana yang selalu membuatnya merasakan gelenyar aneh di dada setiap pemuda itu menggodanya atau perhatian padanya?
Dan, perkara selesai. Sebatas itu. Melodi tidak lagi bertanya-tanya rasa apa yang bercokol di hatinya, Gema juga tidak pernah bertanya apakah Melodi mencintainya atau tidak. Ia dan Gema cukup tahu, mereka saling menyukai, saling menjaga, dan saling peduli. Mereka bahagia dengan adanya satu sama lain. Untuk sekarang, itu cukup.
Cukup membuat Melodi terlihat seperti gadis aneh, maksudnya.
Cukup untuk membuat Melodi senyam-senyum sendiri setiap sepulang kerja, mengingat waktu-waktu yang dilaluinya dengan Gema. Senyum yang selalu terbawa sampai pagi dimana Gema akan menjemputnya untuk berangkat bersama ke sekolah. Senyum yang pernah membuat Banyu merinding mengingat sepanjang ia mengenal Melodi di tempat kerja, adik angkat kesayangannya itu jarang sekali menampakan senyumnya yang indah itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Petrichor
Teen FictionBagi Melodi, guntur adalah salah satu pertanda hujan akan turun. Bagi Gema, hujan adalah caranya untuk menggugurkan rindu. Dua remaja. Dalam satu gerimis yang sama. Mereka tahu hujan tak selalu menyenangkan. Mereka tahu hujan membuat mereka basah. T...