Empat Belas

2.2K 225 2
                                    

"Melodi."

Melodi, yang sedang sibuk menekuri buku fisikanya, mendongkak. Gadis itu mendapati Raisa dan gengnya berdiri di samping mejanya. Bel istirahat sudah berbunyi sejak beberapa menit lalu, dan tumben sekali geng kembang-kembang ini ada disini. Di mejanya, pula. Mau apalagi mereka?

"Gue mau tanya sesuatu sama lo,"

"Apa?" tanya Melodi, matanya menyipit menatap Raisa. Ini bukan Raisa yang beberapa hari lalu dengan lembut meminta maaf padanya. Ini Raisa yang berbeda, dia lebih dingin dan angkuh.

Melodi dapat merasakan beberapa orang temannya sudah kembali dari kantin, mulai menatap heran pada Melodi dan gengnya Raisa. Mereka sudah bisa menebak, pasti ada masalah lagi yang ditimbulkan oleh Melodi.

Yeah, terus saja, salahkan Melodi Hujan yang seperti anomali cuaca ini.

"Lo kemarin pulang bareng Gema?"

"Nggak." sahut Melodi singkat, mulai awas dengan pembicaraan yang membawa-bawa nama Gema.

"Jangan bohong lo!"

"Nggak ada gunanya gue bohong sama lo. Kalau nggak percaya, tanya Allah gih. Allah saksinya,"

Raisa menatapnya jengkel, sementara tiga gadis di belakangnya menggeram kesal.

"Terus kenapa sampai ada yang bilang lo di minimarket berduaan sama Gema?"

"Kalau yang itu, iya."

"Jawab yang bener, dong!" Nada suara Raisa mulai meninggi.

"Raisa Maheswari," Melodi membuang nafas. "Sebelum lo nuduh gue, coba luruskan dulu berita yang lo denger dan perjelas apa yang mau lo tanyain ke gue. Kan lo nanya, apa gue pulang bareng Gema? Nggak. Gue pergi ke minimarket sama dia? Iya. Lo bingung, kalau gue nggak pulang bareng dia kenapa gue bisa ada di minimarket sama dia? Coba lo balik urutannya. Gimana kalau gue pergi ke minimarket bareng Gema, lalu gue sama dia pulang masing-masing?"

"Ngapain lo ke minimarket bareng Gema?" Raisa masih tidak terima.

"Kenapa lo mendadak pingin tahu? Itu kan urusan gue."

"Tapi lo pergi bareng Gema!"

"Lalu kenapa? Emangnya Gema siapanya lo?"

Melodi dapat mendengar gigi Raisa bergemeletuk. Ia tahu, Raisa masih ingin mencecarnya, tapi gadis itu bahkan tidak bisa menekan Melodi lebih jauh jika bahkan ia sadar kalau Gema bukan siapa-siapanya. Gema Guntur hanya salah satu murid SMA Angkasa, yang kebetulan cakep dan single. Yang kebetulan di gebet satu sekolah—oh, kecuali oleh Melodi dan Lea.

"Apa yang gue lakukan itu urusan gue. Gue mau pergi bareng siapa, itu bukan masalah lo—kecuali kalau emang gue pergi sama kakak lo, adik lo, pacar lo, atau bahkan suami lo. Nyatanya, Gema Guntur bukan salah satu dari mereka kan? Gue bebas pergi dengan siapapun, begitu juga dengan Gema Guntur."

"Gue nggak suka lo pergi sama Gema! Gema itu gebetan gue!"

Melodi menahan tawa sinis yang sudah ingin ia keluarkan. Raisa tidak sadar kalau kalimat yang diucapkannya itu bisa menjadi bumerang baginya. Buktinya, ketiga teman di belakangnya sudah mulai memandang Raisa dengan tatapan tidak suka—begitu juga dengan beberapa cewek yang sudah berada di kelas mereka.

"Gebetan sepihak, maksud lo?" Melodi mencibir. "Delusional. Lagian, gebetan sepihak aja bangga."

"Suka-suka gue, dong!"

"Iya, suka-suka lo, deh." gumam Melodi acuh.

"Melodi, gue peringatin lo, jangan lagi-lagi deketin Gema!"

PetrichorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang