Credits to Kahitna - Cantik, covered by Raynaldo Wijaya.
―dari Gema, untuk Melodi.Juga buat kalian, perempuan-perempuan satu Indonesia :)
* * *
"Kak Gema!"
Teriakan itu bersahut-sahutan satu sama lain begitu mereka tiba di panti asuhan pagi itu. Gema baru saja turun dari mobilnya yang diparkir di depan gerbang panti ketika anak-anak itu mulai berhamburan ke arahnya, berebut memeluknya-bahkan ia tidak sempat membukakan pintu mobil untuk Melodi. Melodi, yang sudah keluar dari sisi mobil yang satunya, hanya bisa menatap kejadian itu dengan senyum di wajahnya. Bahkan ia harus menahan tawa ketika Gema meliriknya, meminta tolong karena gelombang pelukan anak-anak itu tidak berhenti.
"Duuh, udah ada kak Gema jadi lupa sama kak Melodi."
Anak-anak itu menoleh serempak pada Melodi, lalu nyengir serba salah. Perlahan satu per satu beranjak dari dekat Gema, mulai berebut mendekati Melodi.
Sena yang terakhir mendekati Gema.
"Hai, Kak Gema."
Gema tersenyum pada gadis kecil itu, merentangkan tangannya, meminta pelukan dari Sena. Sena menghampiri pemuda itu dan menerima pelukan Gema.
"Kamu kok pucat? Sakit?"
"Ah, ehm, nggak kok kak," Sena menolak menjawab. Gema tidak bertanya lagi.
"Kalian udah makan?"
Sena mengangguk, "Kak Gema sama kak Mel udah?"
"Udah," Gema balas mengangguk.
"Ayo masuk, Kak." ajak Sena.
Gema mengangguk lagi. Matanya melirik Melodi yang sudah menggiring anak-anak itu berjalan masuk ke bangunan panti. Sebelum gadis itu berjalan terlalu jauh darinya, gadis itu tiba-tiba berhenti dan menoleh padanya.
Apa? Gema mengerjapkan mata tidak mengerti pada Melodi. Gadis itu tidak berkata-kata, tidak menjelaskan apa-apa. Tapi melihat anak-anak yang sudah masuk sementara Melodi masih berdiri disana, barulah Gema mengerti maksudnya.
Gadis itu menunggunya untuk masuk bersama.
"Tunggu sebentar," kata Gema. Ia lalu membuka pintu belakang mobil, meraih wadah gitarnya dan menyelempangkannya di bahu. Ia juga meraih kantong kain yang tadi Melodi bawa. Pemuda itu lalu berlari-lari kecil ke arah Melodi.
"Yuk."
Mereka berjalan beriringan masuk ke ruang tamu. Disana, Bunda sudah menunggu mereka dengan senyum di wajah cantiknya.
"Pagi, Bunda."
Melodi dan Gema menyalami Bunda, lalu Melodi memeluknya. Setelah melepaskan pelukannya pada Melodi, Bunda menyapa Gema.
"Pagi, Gema."
"Pagi, Bunda." balas Gema sambil tersenyum.
"Kalian sudah sarapan?"
"Sudah tadi di rumah Mel, Bunda."
Bunda tertawa sementara Melodi melotot pada Gema. Gema mengangkat alisnya pada gadis itu. Memangnya kenapa? Kata-katanya salah? Bukannya tadi memang mereka sarapan di rumah Melodi?
Canggih kan? Setelah selama beberapa hari terakhir gadis itu menolaknya untuk mampir, sejak semalam justru ia seperti mendapat hadiah undian bertubi-tubi. Diajak mampir, bertemu ibunya, bahkan tadi pagi sempat diajak sarapan-walau sebenarnya yang tadi pagi mengajak adalah Mama Melodi, bukan gadis itu. Tetap saja, itu semua membuat Gema senang bukan main.
KAMU SEDANG MEMBACA
Petrichor
Teen FictionBagi Melodi, guntur adalah salah satu pertanda hujan akan turun. Bagi Gema, hujan adalah caranya untuk menggugurkan rindu. Dua remaja. Dalam satu gerimis yang sama. Mereka tahu hujan tak selalu menyenangkan. Mereka tahu hujan membuat mereka basah. T...