"Siapa gadis itu?"
Itu adalah pertanyaan pertama Papi setelah jamuan makan malam mereka usai dan keluarga Raisa pulang. Pertanyaan pertama yang Papi keluarkan etelah mereka berempat—Papi, Mami, Lea dan Gema—duduk di ruang tengah sementara Rima diperintahkan Papi untuk masuk ke kamarnya. Tatapannya tertuju lurus pada Gema, yang dibalas Gema dengan tatapan tak gentar.
"Teman satu sekolah Gema."
"Satu kelas?"
"Nggak. Dia satu kelas sama Lea."
"Ayahnya punya perusahaan sebesar apa?"
"Apa itu penting?" Gema mengerutkan keningnya. Lea disampingnya buru-buru menyentuh tangan Gema, menenangkan sepupunya yang mulai terganggu dengan pertanyaan ayahnya. Walau nyatanya percuma saja, karena Satria Guntur justru menyulut api emosi di diri Gema dengan berkata semakin tajam.
"Jawab saja pertanyaan Papi."
"Ayahnya nggak punya perusahaan."
"Dan kamu berani-beraninya memacari anak dari keluarga yang tidak jelas begitu!?" Nada suara Satria Guntur meninggi.
"Keluarganya jelas, Gema kenal mereka. Mereka keluarga baik-baik—"
"Apa pernah terpikir di kepala kamu kalau mereka mungkin saja mengincar harta keluarga kamu, Gema Guntur?"
"Mereka nggak kayak gitu! Melodi nggak pernah—"
"Oh, jadi namanya Melodi?"
Gema terdiam, menahan emosinya yang sudah diubun-ubun.
"Jadi, menurut kamu keluarga si Melodi ini keluarga baik-baik? Apa pekerjaan orang tuanya? Buka usaha kecil-kecilan yang bahkan penghasilannya tidak sampai seperlima dari omset keluarga Guntur per harinya?"
Gema menarik nafas kasar, "Ibu Melodi kerja di hotel."
"Ayahnya?"
Gema bisa merasakan genggaman Lea di tangannya menguat.
"Ayahnya pengangguran?" tembak Satria Guntur.
"Dulu ayahnya pernah punya perusahaan pengiriman barang." sahut Gema pelan, tak setegas sebelumnya.
"Dan, sekarang?"
"Nggak lagi,"
"Bangkrut? Oh, tidak usah dijawab. Papi tahu. Pasti dia sekarang sedang kabur dan bersembunyi karena berhutang sana sini dan dia tidak bisa membayarnya. Tipikal pengusaha kecil kebanyakan."
"Oom Wira bukan orang yang kabur dari tanggung jawab! Oom Wira terjebak dan—"
"Wira?" Tatapan Papi menajam. "Apa yang kamu maksud ini Perwira Hujan, Gema Guntur?"
Gema terdiam.
"Jawab, Gema."
"Iya."
Satria mendengus kasar, "Putuskan gadis itu sekarang juga."
Mami menyentuh lengan suaminya, meminta suaminya tidak berkata dengan gegabah—namun Gema sudah membeliak dan berseru, "Gema nggak mau!"
"Telepon dia, putuskan gadis itu sekarang."
"Nggak!"
"Putuskan, gadis, itu, sekarang."
Mami kembali berusaha menenangkan suaminya, "Pi—"
"Nggak akan!" Tanpa sadar Gema memotong kalimat Mami.
"Putuskan dia sekarang, Gema Guntur!" bentak Papi. "Papi nggak sudi kamu pacaran sama anak kriminal!"

KAMU SEDANG MEMBACA
Petrichor
Roman pour AdolescentsBagi Melodi, guntur adalah salah satu pertanda hujan akan turun. Bagi Gema, hujan adalah caranya untuk menggugurkan rindu. Dua remaja. Dalam satu gerimis yang sama. Mereka tahu hujan tak selalu menyenangkan. Mereka tahu hujan membuat mereka basah. T...