Badai - Dua Puluh Tiga

1.5K 119 10
                                    

Coba tanya hatimu sekali lagi
Sebelum engkau benar-benar pergi
Masih kah ada aku di dalamnya
Karena hatiku masih menyimpanmu

Kisah kita memang baru sebentar
Namun kesan terukir sangat indah
Ku memang bukan manusia sempurna
Tapi tak pernah berhenti mencoba

Membuatmu tersenyum
Walau tak pernah berbalas
Bahagiamu juga bahagiaku

* * *  

Jam pergantian pelajaran sudah berbunyi beberapa menit lalu. Anak-anak kelas XII IPA-3 sudah berbaris rapi di lapangan olahraga untuk melakukan pemanasan. Bakti, si seksi olahraga, memimpin pemanasan selagi menunggu guru olahraga mereka yang sedang rapat guru.

Sementara tubuhnya bergerak mengikuti gerakan Bakti dan hitungan pemanasan, mata Melodi melirik ke satu titik. Ke pinggir pembatas tangga ke lantai 2. Tempat biasa Gema Guntur berada saat jam pelajaran olahraga kelas Melodi baru dimulai. Pemuda itu akan berdiri disana selama satu menit penuh, menatap Melodi lekat. Sosok itu lalu akan tersenyum saat mata Melodi menangkap keberadaannya.

Sekarang, sosok itu hanya ada di bayangan Melodi. Sosok itu tak nyata di netranya.

Tatapan Melodi kembali ke depan, ke arah Bakti yang sudah merubah gerakannya, sambil berusaha memfokuskan pikirannya yang terus-terusan melayang pada satu sosok yang sudah disakitinya beberapa hari lalu.

*

Dari pinggir balkon lantai 3, satu sosok pemuda tengah menundukkan kepalanya ke lapangan olahraga, tempat dimana anak kelas XII IPA-3 sedang melakukan pemanasan. Matanya menatap lurus ke satu titik. Ke arah satu sosok gadis berkuncir ekor kuda yang berdiri di belakang Lea.

Melodi Hujan.

Netra itu memerangkap gadis di pandangannya dengan lekat. Tidak melepaskan walau sedetik. Hingga satu sosok lain menepuk bahunya pelan.

"Nggak turun aja, Gem?"

Gema, yang sejak tadi memperhatikan Melodi, menggeleng pelan. Sudah jelas permintaan gadis itu beberapa hari lalu kalau gadis itu butuh jeda dalam hubungan mereka. Jeda untuk apa, Gema juga tidak tahu. Yang ia tahu, semua pasti berhubungan dengan ayahnya. Semua berkaitan dengan ayahnya yang tidak menyetujui hubungannya dengan Melodi.

Gema ingin protes, membantah semua permintaan Melodi. Gema ingin berkata kalau ia tidak terima dengan keputusan Melodi. Gema ingin bilang kalau ia tidak peduli kalaupun ayahnya tidak menyetujui hubungannya dengan Melodi Hujan. Gema tidak peduli, asalkan dia selalu bersama dengan si Gadis Hujan. Jika saja ia tidak ingat, kalau sejak awal menjalin hubungan dengan Melodi, ia sudah berjanji dalam hatinya untuk membahagiakan gadis itu, termasuk dengan menghargai segala keputusan Melodi akan diri gadis itu.

Termasuk jika keputusan gadis itu akan melukai hatinya.

Dari sudut matanya, ia menangkap sosok Nusa sedang berjalan ke arah kelasnya. Gema menundukkan kepalanya ke arah lapangan olahraga, untuk yang terakhir kalinya menatap Melodi Hujan yang sedang tersenyum pada Lea yang mengatakan sesuatu. Dengan itu, Gema membalikkan badannya untuk masuk ke kelasnya sendiri.

Kini kita tidak lagi menyapa
Biarlah hanya dari kejauhan
Melihatmu tersenyum

Walau tak pernah berbalas
Bahagiamu juga bahagiaku

*

Melodi mendongkakan kepalanya ke balkon lantai 3, ke tempat satu sosok yang sejak tadi berdiri disana. Mungkin Melodi berhalusinasi. Mungkin ia terlalu banyak berharap. Tapi hatinya membisikkan kata kalau sosok yang baru saja meninggalkan tempat itu adalah Gema Guntur.

PetrichorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang