Berat bila terpaksa mengingat akhir dari cerita sempurna
Yang kita coba pertahankan, namun berujung juaBenar atau salah kini tiada berarti, biarkanlah
Sekuat tenaga kuharus melepasnya* * *
Gema merapatkan jaket yang dipakainya saat dinginnya udara malam menusuknya. Ia melirik Melodi yang duduk disampingnya tanpa memakai baju hangat. Hanya seragam sekolah berlengan pendek yang dipakainya.
Bukan tidak gentleman. Gema ingin sekali meminta Melodi memakai jaket yang dipakainya. Hanya saja ide itu sudah ditolak mentah-mentah oleh Melodi sejak mereka duduk di bangku taman kompleks di sekitar rumah Gema beberapa menit yang lalu.
Setelah sesorean menghabiskan waktu di kediaman Guntur dan dipaksa untuk ikut makan malam, Melodi berpamitan pada keluarga Gema. Tugasnya sudah selesai—Gema sudah makan dan sudah mulai sehat kembali, mengingat sepanjang makan malam pemuda itu tak henti bertengkar dengan Lea dan Rima. Awalnya, Gema menawarkan diri untuk mengantar Melodi pulang. Tawaran yang ditolak Melodi dengan argumen kalau pemuda itu butuh istirahat lebih banyak agar besok bisa kembali ke sekolah. Sayangnya, Melodi lupa kalau Gema sekeras kepala dirinya. Pemuda itu memaksa, hingga akhirnya Melodi mengiyakan tawaran Gema untuk mengantarnya ke gerbang kompleks rumahnya. Tidak dengan motor, hanya berjalan kaki menuju gerbang yang tidak begitu jauh dari rumah Gema.
Dan Melodi memutuskan akan mengambil kesempatan itu untuk berbicara dengan Gema.
“Minggu kemarin, kak Langit sama kak Luna tunangan.” Melodi memecah keheningan yang menyelimuti mereka selama beberapa menit belakangan.
Gema mengangguk, memberi isyarat pada Melodi kalau ia ingat Langit dan Luna yang beberapa bulan lalu mereka temui di panti. Gema sudah menduga kalau dua pemuda-pemudi itu punya hubungan yang lebih dari sahabat, jadi Gema tidak terlalu terkejut akan berita yang disampaikan Melodi.
“Dulu, aku sempat iri sama kak Luna, gara-gara lihat kak Langit yang sayang banget sama dia. Kak Langit cuma sahabat, tapi dia melakukan semua hal yang dia bisa buat melindungi dan menjaga kak Luna. Dan aku baru tahu, kalau perjuangan dia buat dapetin kak Luna nggak gampang.”
Gema menatap Melodi, menunggu gadis itu melanjutkan kalimatnya.
“Kamu tahu, kak Luna dulu sempat dilarang pacaran sama ayahnya, gara-gara ngelihat kak Langit mulai nunjukkin gelagat suka sama kak Luna. Kata kak Mentari, Papa kak Luna khawatir kalau kak Langit jadian sama kak Luna dan pada akhirnya hubungan kak Langit sama kak Luna nggak berakhir baik. Papa kak Luna nggak mau putrinya terluka karena sahabatnya.” ujar Melodi. “Yang aku salut, kak Langit memutuskan untuk bertahan. Dia nggak memilih pergi. Dia memilih menunggu kak Luna. Dia memilih untuk menggunakan waktu yang dia punya buat membuktikan diri sama Papa kak Luna kalau dia layak buat kak Luna. Hingga di akhirnya, Papa kak Luna bisa mempercayakan putri bungsunya di tangan kak Langit.” Melodi menoleh pada Gema, “Dan tiba-tiba, aku jadi pingin kayak kak Langit.”
Gema menatap Melodi tak mengerti, “Maksud kamu?”
“Aku mau membuktikan diri kalau aku layak dipandang sebagai seseorang. Aku mau waktu, Gema.”
Gema mengerjapkan mata, mulai paham alasan Melodi meminta mereka berdua bicara. Apalagi kalau bukan karena ayahnya?
“Mel, gak usah dengerin apa kata ayah aku—”
KAMU SEDANG MEMBACA
Petrichor
Novela JuvenilBagi Melodi, guntur adalah salah satu pertanda hujan akan turun. Bagi Gema, hujan adalah caranya untuk menggugurkan rindu. Dua remaja. Dalam satu gerimis yang sama. Mereka tahu hujan tak selalu menyenangkan. Mereka tahu hujan membuat mereka basah. T...