Badai - Lima

1.5K 153 2
                                    

Ada ruang hatiku yang kau temukan
Sempat aku lupakan, kini kau sentuh
Aku bukan jatuh cinta, namun aku jatuh hati

Ku terpikat pada tuturmu, aku tersihir jiwamu
Terkagum pada pandangmu, caramu melihat dunia
Ku harap kau tahu bahwa ku terinsipirasi hatimu
Ku tak harus memilikimu, tapi bolehkah ku slalu di dekatmu?

* * *

Bel istirahat sudah berbunyi beberapa menit yang lalu. Melodi sudah duduk di bangku kantin, menemani Lea yang menyantap batagor yang tadi dipesannya sementara Melodi memakan pisang coklat yang dibawanya dari rumah. Ia baru saja akan menyuapkan pisang coklatnya yang kedua ketika tiba-tiba seseorang duduk di dekatnya.

"Neng manis, Abang minta piscoknya, dong."

Lea, dan Ardi yang sudah duduk disampingnya, berpura-pura muntah mendengar kalimat yang keluar dari mulut Gema Guntur yang akhir-akhir ini seolah kebanyakan gula.

"Ambil," sahut Melodi acuh. Ia menahan tawa ketika disampingnya, Gema cemberut.

"Ambilin dong," pinta pemuda itu.

"Ambil sendiri," tukas Melodi.

Mengalah, Gema mengambil piscok dari kotak bekal Melodi.

"Lo mau, Di?" tawar Melodi. Ardi menggeleng. Ia memilih memesan batagor seperti Lea.

"Kok Ardi ditawarin tapi aku nggak?" protes Gema. Melodi meliriknya singkat, lalu sibuk mengunyah kembali pisang coklatnya.

"Kan kamu udah minta duluan."

Tawa Ardi dan Lea pecah, sementara Gema tersenyum kecut. Ia memutuskan untuk memakan pisang coklatnya daripada meladeni Melodi yang tidak akan kehabisan kata-kata untuk membalasnya.

"Kita mulai pendalaman materi kapan?" Gema bertanya di sela-sela kunyahannya.

"Kata pak Nusa, habis UTS." Melodi yang menjawab.

Nasib menjadi siswa kelas dua belas, mau tak mau harus disibukan dengan urusan Ujian Nasional dan perintilan lainnya. Pendalaman materi alias pengulangan kilat materi dari kelas sepuluh hingga materi kelas dua belas adalah satu hal yang tidak bisa dihindari oleh mereka. Itu akan berlangsung sampai pertengahan semester depan, dilanjutkan dengan Ujian Akhir Sekolah, ujian praktek, pra-UN, sampai UN itu sendiri. Belum lagi sebelum itu, mereka yang memiliki nilai rapot diatas rata-rata harus menyiapkan diri untuk mengikuti SMBPTN Undangan—kesempatan yang tidak ingin mereka sia-siakan.

"Lo bakal resign dari tempat kerja lo, Mel?" tanya Ardi.

Melodi menggeleng, "Nggak, gue mau minta kerja di weekend aja. Gue masih butuh uangnya, Di."

Gema dan Lea terdiam. Jika dibandingkan, mereka lebih beruntung dibandingkan dengan Melodi dan Ardi. Pendalaman materi yang diadakan pulang sekolah jelas menganggu jam kerja mereka, terutama bagi Melodi yang jam kerjanya ber-shift. Tidak mungkin Ardi dan Melodi meninggalkan pekerjaan mereka begitu saja. Seperti yang Melodi bilang, mereka butuh uangnya.

"Lo nggak pingin ngajar privat kayak gue aja, Mel?" tawar Ardi. Jadwal mengajar privat Ardi memang lebih fleksible dibanding jadwal kerja Melodi.

"Ada lowongan?" Melodi mengalihkan perhatian dari piscoknya.

"Ada orang tua murid gue yang mau nambah jam anaknya, tapi rasanya gue nggak sanggup bagi waktu kalau udah mulai pendalaman materi nanti."

"Boleh," Melodi mengangguk. "Nanti kabarin aja, Di."

Mereka bergegas menyelesaikan kegiatan makan mereka. Tiga menit sebelum bel masuk berbunyi, mereka meninggalkan kantin, beriringan berjalan ke kelas mereka. tanpa menyadari bahkan ketika mereka sudah menjauh, beberapa pasang mata tetap mengikuti mereka.

PetrichorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang