2. Malam Sendu

7.3K 400 5
                                    

Maya melirik jam yang melingkar dipergelangan tangannya sekali lagi. Sudah pukul sebelas malam dan Krasiva belum juga pulang sejak tadi pagi.

Sudah tiga jam wanita itu duduk diruang keluarga menunggu Krasiva. Tanpa dia sadar kalau daritadi seorang gadis juga sedang menatapnya dengan perasaan marah.

"Mamanngapain? Kenapa belum tidur?" Maya menengok, sedikit kaget ketika mendapati putri kandungnya sedang berjalan menuju kearahnya.

"Krasiva belum pulang dari tadi pagi." 

"Manda bingung sama Mama. Biarin aja dia diluar! Biasanya juga dia pulang larut, kan?" Maya langsung mengeryit. Menatap putri kandungnya yang kini terlihat marah.

"Kamu gak boleh kayak gitu! Dia adik kamu, harusnya kamu juga khawatir seperti Mama." Sergah Maya, berusaha tidak tersulut emosi.

"Terserah!" Manda berbalik, hendak menuju kamarnya dilantai atas, lebih baik dia masuk kedalam kamar daripada harus memikirkan adik tirinya yang selalu berbuat onar.

Baru saja Manda mau melangkahkan kakinya di anak tangga paling bawah. Langkahnya langsung terhenti saat mendengar seruan Maya di ruang tamu.

Matanya membulat melihat Maya yang kini memapah Krasiva. Wajah adik tirinya itu setengah berlumur darah dengan ujung bibir yang membiru.

"Manda! kamu sedang apa berdiam diri saja!? cepat bantu Mama!" Meskipun enggan, Manda tetap mendekat dan ikut membantu memapah tubuh Krasiva yang setengah sadarkan diri.

"Dia pulang sama siapa?" Tanya Manda, Maya hanya menengok sekilas.

"Bersama mobilnya."

Manda tanpa sadar menggeleng, mengumpati Krasiva tanpa suara berkali-kali karena nekat membawa mobil disaat kondisinya sekarat.

Maya memutuskan untuk menaruh Krasiva di sofa ruang keluarga saja. Dengan perasaan yang sangat cemas, Maya langsung bergegas mengambil kotak P3K.

Manda masih menatap wajah Krasiva. Ingin sekali dia menampar wajah gadis yang sekarang sedang menatapnya dengan kelopak mata setengah terbuka itu.

"Dasar pembuat onar! Lo cewek tapi kerjaannya berantem! Lihat muka lo, gak malu, heh?!" Seru Manda, hampir berteriak.

Krasiva hanya tersenyum miring mendengar cacian itu. Ini pertama kalinya Manda berkomentar soal kehidupannya.

Manda mundur beberapa langkah saat Maya tanpa sengaja mendorong dirinya menjauh karna dia harus mengobati Krasiva.

"Manda, tolong ambilkan air minum." Titah Maya tanpa menengok. Manda hanya mengangguk sambil terus melihat Maya yang saat ini sedang menuangkan obat merah diatas kapas. Manda mengepalkan kedua tangannya dan langsung pergi ke dapur.

"Awh..." Rintih Krasiva saat merasakan luka di pelipisnya semakin perih.

"Kamu darimana, sih? Kenapa bisa seperti ini? Kamu tawuran? Kamu mabuk?" Tanya Maya sambil sesekali meniupi luka Krasiva. Gadis itu hanya diam sambil memejamkan matanya.

Setidaknya Maya sangat yakin kalau Krasiva tidak mengkonsumsi alkohol, tidak tercium adanya aroma minuman terlarang itu ditubuh Krasiva.

Maya menghembuskan nafasnya panjang. Cukup sadar diri kalau Krasiva pasti tidak akan mengatakan alasan mengapa dirinya bisa terluka begini. Saat dia di drop out saja, Maya mengetahui kabar itu dari suaminya.

Baru saja Maya ingin menekan pelan luka disudut bibir Krasiva dengan kapas di tangannya, gadis itu langsung menjauhkan wajahnya dan berusaha berdiri.

"Kamu mau kemana? Biar Mama obati dulu." Krasiva masih diam sambil meringis menahan sakit disekujur tubuhnya. Gadis itu masih berusaha untuk berdiri.

"Aku bisa sendiri." Maya masih menahan kesabarannya saat melihat Krasiva sudah berdiri dan hendak pergi. Posisi Maya saat ini masih berjongkok di samping sofa, tertegun dan bingung disaat yang sama.

"Krasiva," Panggil Maya sambil berusaha menahan emosinya, yang dipanggil hanya diam dan terus berjalan dengan tertatih menuju anak tangga.

Krasiva saat ini sudah berada di tengah anak tangga. Memegangi erat kotak P3K yang tadi dia rampas dari Maya.

Maya hampir menangis sekarang. Apa sebenci itu Krasiva pada dirinya?

Manda yang baru datang dengan segelas air ditangannya hanya mengeryit bingung melihat Mamanya yang saat ini sudah duduk di sofa tempat Krasiva tadi terbaring.

"Mana anak itu?" Tanya Manda. Maya menengadah menatap wajah putri kandungnya itu sambil tersenyum kecil, menutupi kesedihannya.

"Krasiva istrirahat di kamarnya, kamu juga harus istirahat. Masuk ke kamar Manda, selamat malam sayang." Manda hanya mengangguk meski hatinya ikut sakit saat mendengar suara Mamanya yang bergetar. Siapa lagi penyebabnya kalau bukan karna seorang gadis tak punya hati, Krasiva!

***

Krasiva hanya terkekeh sambil melihat pantulan dirinya dicermin. Sesekali meringis sambil terus menekan kapas dengan obat merah sialan itu di luka pada wajahnya. 


Selesai mengobati luka-luka pada wajahnya. Krasiva langsung membaringkan tubuhnya di kasur. Ingin sekali dia berteriak karna merasa tulang punggungnya hampir patah.

"Ah, an— astaghfirullah!" ucapnya gemas, hampir saja mengumpat. "Ini dunia gue, mau kelam kek, mau gelap kek, mau gak berwarna kek. Masa bodoh!" ucapnya lagi. Sambil mengatakan itu, matanya berusaha terpejam.

Di luar kamar, Maya membekap mulutnya sendiri sambil menahan isakan tangisnya. Sejak menyuruh Manda masuk kedalam kamarnya. Diam-diam Maya berdiri didepan kamar Krasiva dan tanpa sengaja mendengar semua yang dikatakan gadis itu.

"Seharusnya kamu cerita sama Mama, kenapa masih menahan diri kalau semuanya sangat sulit untuk kamu?" gumam Maya sambil mengusap air matanya.

Dengan perlahan, Maya membuka pintu kamar Krasiva dan menghampiri gadis yang sudah terlelap di atas kasur itu sambil berusaha keras tidak menimbulkan suara apapun.

Tangannya dengan gemetar menyelimuti tubuh Krasiva. Maya memandangi raut wajah Krasiva yang sangat tenang saat tidur.

"Mama sayang Krasiva. Masa bodoh meskipun Krasiva benci sama Mama. Semoga besok Krasiva sudah bisa sayang sama Mama, ya?" Setelah mengatakan itu, Maya langsung keluar dari kamar Krasiva, takut kalau gadis itu terbangun dan marah.

Bersamaan dengan pintu yang tertutup dari luar. Mata Krasiva terbuka.

"Meskipun besok aku mati, aku tetap gak akan bisa bilang sayang sama tante." Krasiva memukul dadanya sendiri yang sekarang sangat sesak.

Krasiva hanya bisa berdoa. Semoga malam ini Tuhan menyampaikan pesan-pesannya kepada sang malaikatnya yang sudah tenang di alam sana. Kepada Mamanya, kepada Kinannya.

Kalau Krasiva tidak akan menyayangi wanita lain selain Kinannya.

🌾


DON'T FORGET TO VOMENT ≧∇≦
THANK YOU:*

DON'T FORGET TO VOMENT ≧∇≦THANK YOU:*

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Arkrasiv ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang