38. Kita

4.2K 239 11
                                    

Siapapun tau malam minggu adalah saat-saat yang ditunggu oleh banyak orang, terutama para remaja yang siap menjalankan kendaraan mereka untuk segera pergi. Entah ke kafe bersama pacar, hangout bersama teman, atau bahkan ada yang lebih memilih pergi ke toko buku seorang diri.

Namun untuk Krasiva yang tidak mengenal baik apa arti malam minggu, tentu membuat dirinya kebingungan dengan kedatangan Arkara yang sudah siap didepan pintu rumahnya.

Krasiva mengerjap sejenak, ia berfikir kenapa senyuman lebar Arkara tadi sempat hilang sebentar waktu melihat dirinya yang masih memakai baju santai rumahan.

"Ngapain?" Tanya Krasiva bingung. Arkara menggaruk tengkuknya yang gatal, jujur ia bingung kenapa perempuan didepannya sangat tidak peka.

"Ini.... malam minggu, lho."

"Aku tau." Balas Krasiva cepat. Sadar terlalu lama membuat Arkara berdiri diluar, ia membuka pintu lebih lebar agar laki-laki itu masuk.

Arkara buru-buru menggeleng, ia tidak mau masuk. "Aku tunggu diluar aja."

"Nanti ketemu Manda." Lanjut Arkara dalam hati.

"Emangnya mau ngapain?"

"Mau ajak kamu malam mingguan."

"Dimana?"

"Ng... gak tau. Pokoknya kamu siap-siap aja, cepet." Krasiva mendengkus pelan.

"Kamu harusnya kabarin dulu dong kalau mau ajak keluar."

"Kenapa?"

"Biar seenggaknya kamu nelpon atau chat aku kalau kita gak ketemu." Balas Krasiva cuek. Arkara terdiam ditempatnya, ia tau Krasiva sedang menyindir dirinya.

"Bukannya gu— eh, aku mau lebay ya. Cuma aja heran sama kamu. Dulu sebelum pacaran, hapeku selalu ribut gara-gara notif kamu. Tapi sekarang, setelah pacaran, malah sepi kayak kuburan." Krasiva menghela nafasnya pendek, lalu menyender disamping pintu.

"Katanya Shofia, kalo pacaran itu suka ngasih kabar. Kok kamu nggak?"

"Kamu sekarang makin deket sama Shofia?" Entah kenapa malah pertanyaan itu yang keluar dari mulut Arkara.

Krasiva tersenyum miring, membuat Arkara tau kalau ia salah bicara. "Makanya, kalau aku chat dibalas. Biar kamu tau, kalau aku mau cerita soal Krasiva yang sekarang temenan sama Shofia."

Deg.

Disindir lagi, dan tersudut lagi.

Arkara benar-benar dibuat terdiam dengan segala ucapan Krasiva yang entah kenapa, malam ini sungguh pintar membuatnya tersudut. Sumpah demi apapun, Arkara benar-benar kesal dengan Shofia yang suka menanamkan bibit gilanya kepada Krasiva.

"Ng...."

"Shofia juga pernah bilang, kalau pacaran, gak boleh ada yang disembunyikan biar gak ada kesalahpahaman." Dengan cepat Arkara mendongak, menatap wajah Krasiva—karena sejak tadi ia menunduk.

"Kadang aku suka ragu sama semua nasehat-nasehat Shofia. Tapi di sisi lain, aku kadang suka membenarkan karena emang itu masuk akal."

Arkrasiv ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang