Krasiva duduk dikursi kantin paling pojok. Menjauh dari keramaian —meskipun disana juga sedikit ramai, setidaknya Krasiva bisa makan dengan tenang.
Tangannya dengan perlahan memotong-motong pentolan bakso dengan sendok dan garpu menjadi beberapa bagian kecil.
Selesai dengan acara potong-memotong. Bukannya melahap bakso dihadapannya, Krasiva malah memandangi sekeliling.
Beberapa siswa dan siswi sedang memperhatikannya secara terang-terangan dengan berbagai macam pandangan berbeda.
Krasiva melirik seragamnya. Tidak ada yang aneh. Dia memakai seragam yang sama dengan murid lain, seragam yang melekat di tubuhnya juga terlihat sangat cocok serta pas.
Biasanya Krasiva tidak ambil pusing, hanya saja entah kenapa hari ini dia begitu banyak mendengarkan dan meladeni hal yang seharusnya dia abaikan seperti biasa.
"Tai," Umpatnya. Krasiva mendengkus keras, lalu menaruh sendok dan garpu keatas meja begitu saja, enggan melanjutkan makan siangnya.
Cewek itu mengambil gelas minumannya, lalu menyeruput es teh didalam gelas, mencoba untuk menjernihkan pikirannya yang berantakan.
Bunyi kursi yang ditarik membuat Krasiva menengadah, matanya menyipit begitu melihat seorang cowok sedang tersenyum sambil duduk dikursi sebrangnya tanpa permisi.
"Hai, gue Farel. Kita ketemu tadi pagi,"
"Ada perlu apa?" Balas Krasiva seadanya. Dia ingat cowok ini, salah satu dari tiga cowok yang ia temui digedung eskul.
"Eum... Kita sekelas kalo lo mau tau. Gue ketua kelas, lo kayaknya bener-bener gak sadar, ya?"
Krasiva diam sejenak, memperhatikan Farel dengan seksama. Masih teringat tentang pertemuan mereka tadi pagi. Karena ketiga cowok itu, kesan pertama Krasiva tentang Starlight agak buruk.
"Oh iya, maafin kak Agam ya?" Krasiva mengeryit, siapa lagi Agam?
"Kak Agam itu yang tadi pagi juga, yang godain lo, dia yang berdiri disamping gue."
Krasiva mengangguk, dia ingat sekarang. "Ada yang mau lo omongin lagi?" Cewek itu bersandar di kursinya. Menatap wajah Farel dengan pandangan datar.
"Nggak ada sih, cuma pengen ngomong ini aja. Oh iya, gue kesana dulu ya." Krasiva mengikuti arah telunjuk Farel mengarah, ke sebuah meja dengan tiga orang laki-laki dan satu perempuan. "Udah ditunggu kak Raka soalnya."
Farel tersenyum sambil berdiri, menampakkan lesung pipinya dan melenggang pergi dari hadapan Krasiva.
Mata gadis itu tak lepas dari meja yang tadi Farel tunjuk. Ia mengerjap lagi, apakah matanya salah lihat? Apa itu Manda?
____
Arkara tertawa terpingkal-pingkal saat melihat Agam terus saja mengumpat sambil mengelus pipinya. Jika Arkara ingat-ingat lagi, dalam seminggu ini sudah terhitung empat kali Agam mendapat tamparan dari gadis-gadis korban modusnya.
"Mampus, lo itu udah kelas dua belas. Anak yang punya sekolah. Masih aja kelakuan begini." Cerca Arkara yang langsung mendapat lemparan sedotan dari Agam.
"Tapi enak sih lo ya kalo sewaktu-waktu di DO juga bisa langsung pindah ke sekolah bokap lo."
Agam tersenyum sinis. "Kenapa lu? Iri lu sama gue?"
"Nggak lah, malah kasian kali. Padahal keluarga lo punya sekolahan sendiri. Tapi lo-nya malah masuk sini. Cakrawala aja gak nerima lo Gam."
KAMU SEDANG MEMBACA
Arkrasiv ☑️
RomanceTentang perjuangan untuk mendapatkan, namun yang pada akhirnya dia lepaskan. Krasiva benci peduli dan percaya pada orang lain. Lalu Arkara datang, mengubah yang asing menjadi biasa. Namun sayang, hal biasa tadi kemudian berubah lagi menjadi asing...