“ Aku itu Bintang, datangnya tak tentu. Hampir sama dengan Bulan cuma karena lebih dominan di malam.
Hanya aja, sayangnya Matahari lebih cocok dengan Bulan. Kenapa? Karna mereka sama-sama terang. Bulan berani datang saat langit masih terang untuk menemui Matahari. Sedangkan Bintang? ia penakut, hanya bisa sembunyi dibelakang awan malam.
Tinggalkan saja si Bintang. Sebentar juga mendung, ia akan hilang.”
•••
Krasiva terkikik geli saat angin malam menyapu wajahnya yang tidak tertutup kaca helm. Malam ini ia meminta Arkara membawanya pergi dengan motor kesayangan laki-laki itu.
Tangan Krasiva melingkar diperut Arkara tanpa laki-laki itu minta seperti biasanya. Sesekali Krasiva menaruh dagunya dipundak Arkara. Entah kenapa, malam ini Krasiva terus saja menempelinya.
"Kamu seneng banget, kenapa?" tanya Arkara.
"Hah? Apa? Gak denger!" seru Krasiva. Karena jalanan yang bising dan lajunya kendaraan yang Arkara bawa, ia tidak bisa mendengar ucapan laki-laki itu dengan baik.
"Kamu kok seneng banget. Ada apa?" Ulang Arkara dengan nada suara yang dinaikkan.
"Gak papa, lagi pengen seneng aja, hehe..."
"Jangan diemin aku lagi, ya. Kamu kalau badmood jangan lama-lama, aku sedih."
Krasiva terbahak, lalu mengangguk. "Okedeh,"
Malam ini jalanan lumayan padat. Namun itu tidak membuat senyum dibibir Krasiva luntur. Perempuan itu malah terus tersenyum menikmati pemandangan dipinggir jalan. Layaknya orang yang baru pertama kali melihat berlian, Krasiva menatap lampu dari banyak tempat dengan mata berbinar bahagia.
"Arkara,"
"Ya?"
"Aku mau ngasih tau sesuatu."
"Apa?"
Krasiva sedikit mengendurkan pegangannya, senyum dibibirnya sedikit pudar, membuat Arkara yang melihat dari spion bertanya-tanya ada apa dengan wajah Krasiva yang tiba-tiba murung.
"Beberapa hari lalu.... aku habisin waktu sama Aldo."
Krasiva tidak salah jika merasa motor yang dikendarai Arkara sedikit memelan. Tidak ada suara dari laki-laki itu. Namun Krasiva tetap berani menatapnya dari kaca spion.
"Aku pikir, aku bisa lupain kamu sejenak. Aku pengen..... jadi orang jahat, Ar."
Krasiva bicara tepat disamping telinga Arkara. Namun entah kenapa, rasanya Arkara ingin ia menjadi tuli mendadak saat itu juga mengingat kalau suara perempuan itu begitu dekat dengannya. Sangat jelas, hingga membuat Arkara ingin sekali menabrakkan motor ketrotoar.
"Tapi aku gak bisa." Krasiva terkekeh. "Aku gak bisa lupain kamu, atau lupain perasaanku. Ternyata aku gak bisa..... jadi orang jahat kayak kamu."
Arkara terdiam, mencerna setiap ucapan Krasiva yang bagaikan bom waktu untuknya.
"Arkara," Tangan Krasiva kembali melingkar diperut Arkara. Sangat erat, membuat Arkara merasa hangat dan nyaman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arkrasiv ☑️
RomanceTentang perjuangan untuk mendapatkan, namun yang pada akhirnya dia lepaskan. Krasiva benci peduli dan percaya pada orang lain. Lalu Arkara datang, mengubah yang asing menjadi biasa. Namun sayang, hal biasa tadi kemudian berubah lagi menjadi asing...