26. Kebenaran

3.8K 251 1
                                    

"Gue bilang, gue Krasiva! Kenapa lo gak paham-paham sih, An?" Krasiva tak gentar meski laki-laki didepannya saat ini terus saja menatapnya dengan sorot kebencian. Kedua tangan Andra mengepal kuat disisi badan.

"Rasiv, udah. Ayo pergi, dia gila." Bisik Arkara yang daritadi memang menahan Krasiva dari belakang. Mereka sekarang sudah berada didalam kamar Andra. Jauhkan pemikiran kalau kamar laki-laki gila ini sangat kacau, karena nyatanya kamar Andra sangatlah rapi.

Foto-foto dua orang anak tersenyum bahagia didalam banyaknya bingkai foto yang terpajang membuat mata Arkara makin menyipit. Dia tau siapa anak perempuan disamping bocah laki-laki disampingnya itu. Krasiva.

"Lo yang gila!" Teriak Andra pada Arkara yang langsung membuat Arkara terkejut ditempatnya karena ternyata suaranya terdengar.

"An, lo udah makan?" Krasiva mengubah topik, berjalan mendekat kearah Andra yang berdiri marah didepan tempat tidurnya.

"Jangan mendekat! Gak usah sok perhatian!" Namun Krasiva tak mendengarkan. Dia tetap mendekat, terus mendekat dan akhirnya sebuah tinjuan mengenai sudut bibirnya. Krasiva meringis, amis. Darah segar keluar dari sana.

"Rasiv!" Arkara mulai mendekat, namun Krasiva langsung berbalik, tersenyum dengan tangan kanan terangkat.

"Gue gak apa. Tenang aja, lo diem dulu."

"Gimana gue bisa tenang kalo laki-laki gila ini terus aja buat muka lo luka-luka?!" Krasiva dan Andra tergelak mendengar gelagar suara Arkara yang memang sangat marah.

"Lo juga! Cowok mana yang tega nyakitin seorang perempuan?! Lo banci apa gimana? Lo kalo mau mukul orang, mukul gue! Jangan cewek gue!" Bibir Andra menipis, geram karena dikatai.

"Arkara!" Bentak Krasiva marah. Arkara terdiam.

"Diam! Gue bilang diam! Lo gak boleh ngata-ngatain sahabat gue!" Andra meringis kala menengok kearah Krasiva. Dada gadis itu naik turun karena nafas yang memburu. Wajahnya membiru karena perbuatannya.

"Lo ngapain selalu datang kalo pada akhirnya lo tau bakal terluka?" Akhirnya Andra angkat bicara. Suaranya memelan menatap mata Krasiva yang berkaca-kaca.

"Gue gak masalah pulang babak belur asalkan udah tenang karena tau lo beneran habisin makanan dan tidur dengan nyenyak."

"Lo itu siapa sebenarnya?"

"Gue Krasiva Anastasya. Macan kecil yang terlupakan. Gue dan lo, kesayangan mama Kinan." Andra tercekat. Kini nafasnya yang memburu karena marah.

"Gue gak suka orang bohong! Lo gak mungkin Krasiva! Lo itu Tamara! Tukang bohong yang akhirnya ninggalin gue!"

"Gue Krasiva, An. Tante Tamara udah gak ada."

PLAK!

Satu tamparan mendarat dipipi Krasiva. Arkara yang tadinya diam saja langsung meraih Krasiva. Mencekal gadis itu.

"Gue bilang jangan kasar!" Arkara yang sudah marah mendorong Andra hingga laki-laki itu terjatuh dikasur.

"Ar, jangan kasar sama dia, jangan."

"Lo itu kenapa sih? Kenapa lo jadi bego begini?!" Mata Krasiva memejam sejenak. Sedikit kaget karena Arkara membentak. Lalu mendekat kearah Andra dan membantu laki-laki itu agar duduk.

"Gak usah sentuh gue!"

"Oke, gue gak bakal ganggu lo lagi. Tapi makan, ya? Lo pasti belum makan."

"Gue gak mau!"

"Lo harus makan. Nanti biar pas tidur jadi nyenyak dan mimpi ketemu sama naga terbang. Lo suka naga terbang, kan?"
Andra terdiam. Teringat darimana asal bujukan masa kecilnya itu berasal.

"Kok? Lo tau bujukan tante Kinan?"

"Iya, karena gue anaknya. Krasiva, anak kecil yang dulu selalu jambak rambut lo kalau susah disuruh mandi." Tatapan Andra meredup.

"Lo bener Krasiva?" Krasiva mengangguk, tersenyum lega karena Andra mulai tenang.

"Iya, ini gue Krasiva."

"Astaga! Lama banget gak ketemu, lo kemana aja? Terus kenapa wajah lo babak belur begini?" Andra menyentuh dagu Krasiva, memperhatikan wajah sahabat kecilnya. Arkara ditempatnya ingin sekali menerjang laki-laki yang sedang bersama Krasiva itu.

Dia amnesia mendadak apa gimana?

"Tadi gue bertengkar. Tapi gak apa, gue kan kuat."

"Jangan berantem terus dong. Lo kebiasaan deh." Krasiva mengangguk saja, lalu mengambil nampan makan diatas nakas.

"Makan ya, An?" Andra mengangguk.

"Suapin, ya?"

"Iya, ayo buka mulutnya." Dan Andra membuka mulutnya antusias. Menerima setiap suapan makan dari Krasiva yang mati-matian menahan air matanya yang mendesak ingin keluar.

"Oiya, kenalin, ini gue bawa temen, namanya Arkara" Andra mengintip, tersenyum melihat sosok laki-laki dari balik punggung Krasiva.

"Hai!" Sapa Andra senang. Arkara mengeryit, bingung sekali dengan sikap Andra yang berubah-ubah.

"Apaan--"

"Ar!" Peringat Krasiva sebelum Arkara mulai bicara ketus lagi.

"Lo temen sekolahnya macan?"

"Siapa macan? Rasiv?" Tanya Arkara seperti orang bodoh.

"Lo sama kayak tante Kinan, ya? Manggil Krasiv dengan panggilan Rasiv."

"Oh, ya?" Arkara tersenyum, merasa tersanjung.

"Yaudah, lo tidur ya An? Yang nyenyak, kan udah kenyang." Setelah menyuapi sisa terakhir dan memberikan minum kepada Andra, Krasiva menarik selimut Andra setelah membaringkan laki-laki itu ditempat tidurnya.

"Oke, makasih ya macan." Krasiva tersenyum sambil mengangguk. Melirik Arkara yang diam bergeming ditempatnya. Krasiva lalu menunduk, sepertinya kesalahan untuk mengajak Arkara berkunjung bertemu dengan Andra.

"Krasiva, kita perlu bicara." Benar. Panggilan itu berasal dari Arkara yang nampak murka ditempatnya.

>•<

ANDRA ITU SEBENARNYA SIAPA SIHH????

TAMARA SAHA LAGI ATUH?! hehe mulai penasaran dan bingung <333

NEXT? SPAM COMMENT!!

VOTE + COMMENT!!

Arkrasiv ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang