Sepertinya kejadian langkah dua hari lalu tak berpengaruh apapun pada hubungan Krasiva dan Arkara. Seakan-akan peristiwa tempo hari tidak pernah terjadi sama sekali. Krasiva tak berubah sama sekali.
Bel istirahat berbunyi, membuat pak Romo didepan sana menghela nafas karena dongengnya tentang sastra harus berhenti.
"Baiklah, sampai disini pelajaran kita, sampai bertemu minggu depan dan jangan lupa mengerjakan soal yang sudah saya berikan." Murid-murid tak terlalu mendengarkan karena sudah ria berceloteh ingin makan atau melakukan apa istirahat ini.
Sesudahnya sosok pak Romo menghilang dibalik pintu, Arkara langsung menyenderkan kepalanya ditembok, menatap bingung Krasiva yang masih sibuk dengan novel ditangannya.
"Novel atau Arka?" Ujar Arkara setelah mencolek lengan Krasiva.
"Novel." Arkara mendengus geli, tak tersinggung sama sekali meski Krasiva tetap tak mau menatap balik dirinya.
"Tumben baca novel."
"Berisik."
"Kantin yok?" Krasiva tak bergeming. Dia tetap diam dengan mata yang masih nyaman pada deretan kalimat ditangannya.
"Rasiv, ayo kekantin."
"Gak usah sok dekat." Akhirnya Krasiva menoleh, namun hanya sebentar.
"Kita emang deket yeee...,"
"Jangan karena kejadian beberapa hari lalu lo jadi kepedean gini. Berhenti sok dekat, gue muak liatnya." Arkara yang tadinya tersenyum, kini langsung murung.
"Kok gitu? Gue kira seenggaknya kita bisa jadi temen, lho?"
"Ngimpi." Malas berlama-lama debat, akhirnya Krasiva menutup novel ditangannya dan bangkit berdiri, pergi dari kelas.
Arkara menghela nafasnya panjang. Ini bukan pertama kalinya Krasiva kasar. Namun entah kenapa kali ini rasanya lebih menyesakkan setelah mengingat kejadian indah yang menurut Arkara setidaknya jangan pernah dilupakan.
"Heh, Ar! Kantin kuy." Farel berteriak didepan pintu kelas. Arkara mendongak, lalu tersenyum samar menutupi perih dihati yang dia rasa tak usah terlalu dipikirkan.
"Kuy, lah! Asal ditraktir es sama pak ketua." Celetuk Arkara sambil nyengir. Farel berdecak, lalu akhirnya mengangguk saja.
"Iya-iya! Cepet buruan!"
>•<
Bukannya mendapat ketenangan setelah pergi dari dekat Arkara, sekarang ia malah dibuat lebih tertekan lagi karena harus bertemu dengan Shofia.
"Sempit banget nih sekolah, masa iya ketaman belakang aja bisa-bisanya ketemu sama lo?" Celetuk Krasiva yang sedang mengambil duduk dikursi panjang taman belakang.
"Yeee! Napa lo sewot?"
"Biasa aja sih." Krasiva mendelik melihat Shofia yang menatap sinis dirinya dari kursi panjang yang terletak disamping kursi yang dia duduki
"Lo ngapain disini? Sok imut banget pakek baca-baca novel."
"Sewot lo kayak kurcaci."
"Mana ada kurcaci secantik gue!"
"Seketika pengen gumoh." Tolong ingatkan Krasiva tentang kepribadian Shofia yang super ganda ini. Beberapa minggu lalu dia datang menemui dirinya tentang Arkara. Menasihati seperti layaknya Boy Candra yang bijak. Lalu lihat sekarang? Gadis itu tak berbeda dengan gadis bar bar yang hobi berkoar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arkrasiv ☑️
RomanceTentang perjuangan untuk mendapatkan, namun yang pada akhirnya dia lepaskan. Krasiva benci peduli dan percaya pada orang lain. Lalu Arkara datang, mengubah yang asing menjadi biasa. Namun sayang, hal biasa tadi kemudian berubah lagi menjadi asing...