Krasiva mengambil ponselnya diatas nakas, lalu memasukkan benda itu kedalam tas kecilnya. Sambil berjalan menuju pintu, perempuan itu menyempatkan diri memeriksa barang-barangnya didalam tas.
"By, udah belom?" Krasiva mendengkus, bisa budeg jika Arkara berteriak lagi. Harus kalian tau, sudah puluhan kali laki-laki itu meneriakkan hal yang sama. Menyebalkan.
Melihat tunangannya turun dari tangga, membuat Arkara langsung tersenyum lebar dan berdiri.
"Kamu lama banget sih? Katanya cuma mau ambil hape?"
"Aku diatas cuma lima belas menit, Arkara. Setiap satu menit, kamu terus aja teriak gak jelas."
Arkara menganga kaget. "Serius? Aku gak sadar."
Krasiva hanya mendesis pelan. Ekspresinya membuat Arkara tertawa geli. Perempuan itu terlihat benar-benar menggemaskan.
"Arkaaa!!" Teriakkan Maya dari arah dapur membuat Krasiva dan Arkara menoleh. Seorang wanita dengan dress se-lutut berjalan cepat memghampiri Arkara.
"Kenapa Camercan?" tanya Arkara bingung.
Camercan = Calon Mertua Cantik. Jangan salah loh, ini salah satu syarat nikahin Krasiva dari Maya. Yaitu memanggilnya Camercan. Keren, katanya.
"Ini." Maya memberikan secarik kertas kepada Arkara. Laki-laki itu langsung melihat apa isinya. Daftar belanjaan.
"Nanti pulangnya, mampir belanja ini dulu ya? Camercan mau buat kue." Ucap Maya sambil menyodorkan uang belanjaan.
"Uangnya simpan aja Camercan. Buat honeymoon lagi sama Camergan."
Camergan = Calon Mertua Ganteng. Siapalagi kalau bukan Barra.
Maya mengangguk senang. "Aman."
"Sini, biar Krasiva aja yang belanja." Krasiva angkat bicara. Karena melihat Maya terus saja meminta tolong Arkara untuk belanja membuat harga diri Krasiva sebagai perempuan tergores.
"Eh, jangan. Nanti kamu salah-salah." Maya mencegah. "Kamu tuh disuruh beli mentega aja masih nanya 'mentega tuh yang kayak mana, Ma?' pake sok-sokan mau belanja semua ini lagi." Tunjuk Maya pada kertas yang dipegang Arkara.
Krasiva menghentakkan kakinya, lalu langsung melanggang pergi keluar dari rumah. Dibelakangnya, Maya dan Arkara hanya tertawa geli.
***
"Nah, by, cantik banget kamu pakai yang ini!" Seru Arkara hiperbola. Krasiva berdecak kesal. Masalahnya, ini adalah gaun yang ke-empat, dan Arkara terus mengatakan hal yang sama.
"Jadi yang mana? Daritadi bilang cantik terus!"
"Udah, semuanya aja!"
Krasiva melongo saking kagetnya. Kalau tau laki-laki itu se-tidak berguna ini, lebih baik Krasiva mengajak Manda atau Shafa saja untuk mengecek gaun pernikahannya.
"Jangan semuanya, Arkara."
"Kamu suka yang mana?" Tanya Arkara kemudian. Sekarang dia lebih terlihat serius. Hampir saja karyawan disana melempar mulut laki-laki itu dengan sepatu jika Arkara berniat berteriak lagi hingga membuat mereka terkejut berkali-kali.
"Aku gak tau. Tapi kayaknya yang ini lebih bagus. Aku nyaman pakainya."
Arkara mengangguk paham. Laki-laki itu masih menatap Krasiva dengan serius. Sumpah demi apapun, melihat Krasiva dibaluti gaun putih panjang dengan model yang terlihat sederhana namun elegan seperti ini membuat Arkara tidak mau berpaling.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arkrasiv ☑️
RomanceTentang perjuangan untuk mendapatkan, namun yang pada akhirnya dia lepaskan. Krasiva benci peduli dan percaya pada orang lain. Lalu Arkara datang, mengubah yang asing menjadi biasa. Namun sayang, hal biasa tadi kemudian berubah lagi menjadi asing...