"Mama bilang apa?!" Seru Manda yang hampir membuat Krasiva menyemburkan susu vanilla didalam mulutnya.
Jika saja dia tidak terpaksa untuk sarapan bersama dengan alasan akan membicarakan perihal sekolah barunya, mana mau dia satu meja makan dengan Manda.
"Krasiva akan sekolah di SMA Starlight, Mama sudah mengurus kepindahan dia kesana." Maya tersenyum sambil menatap sekilas Krasiva yang saat ini masih mengunyah rotinya dengan tenang. "Jangan tanya lagi Manda, Mama udah ngulang hampir tiga kali."
"Tapi itu sekolahnya Manda, Mah!"
"Lo yang buat itu sekolah?" Krasiva tidak tahan untuk tidak menyindir.
"Lo kenapa gak nolak, sih?! Pengen banget ya lo satu sekolah sama gue?"
"Mama lo yang mindahin gue kesana. Dari dulu juga, selalu dia yang urus soal sekolah gue." Krasiva bangkit dari duduknya. Dia sudah cukup banyak bicara.
"Krasiva, kamu mau kemana?" Tanya Maya, sedikit berharap kalau Krasiva tidak akan pergi lagi dari rumah karena muak seperti dua hari yang lalu. Rasanya Maya sangat trauma jika melihat bekas luka di pelipis Krasiva yang ditutupi plester luka.
"Lanjut tidur." Jawab Krasiva tanpa menoleh. Gadis itu langsung pergi meninggalkan ruang makan.
Manda menatap kesal punggung Krasiva yang kian menjauh. Selalu seperti itu, membuat Mamanya sakit hati karena sikapnya yang selalu dingin.
"Ma, kenapa harus SMA Starlight? masih banyak SMA di kota ini." Manda tetap bersikeras. Maya hanya tersenyum sambil menyesap teh hijaunya.
"Emangnya kenapa sih? Bagus dong kalo kalian nanti satu sekolah."
Manda langsung berdiri dari duduknya sambil memakai tas ranselnya. Lebih baik dia berangkat sekolah sekarang.
"Ma, Manda sekolah dulu." Setelah mencium punggung tangan Maya, Manda segera pergi menuju mobil Mamanya dipekarangan rumah.
Setiap pagi Manda selalu pergi kekolah dengan mengendarai mobil milik Maya yang menganggur. Bukan hanya itu, alasan lainnya juga adalah karena Manda belum memiliki mobil pribadi seperti Krasiva.
"Hati-hati, selamat belajar sayang!" Maya melambaikan tangannya setelah mengantar Manda sampai di teras.
***
Setelah makan malam berdua dengan Manda diruang makan. Maya bergegas pergi ke kamar Krasiva untuk melihat keadaan anak yang tidak mau keluar untuk makan malam itu.
Sambil memegangi baju seragam yang terlipat rapi ditangan kanannya. Maya dengan hati-hati mengetuk pintu kamar Krasiva dengan tangan kirinya.
Sempat beberapa saat Maya menunggu, akhirnya Krasiva membuka pintu dengan wajah yang sedikit kesal. Wajahnya seperti orang yang baru bangun tidur, bajunya kusut, serta rambut yang sedikit berantakan.
"Kamu baru bangun?" Tanya Maya sedikit takjub, "Padahal tidurnya dari siang, lho."
"Kenapa?" Tanya Krasiva to the point. Malas berbasa-basi.
"Mama boleh masuk? Ada yang mau diomongin." Maya mengangkat lipatan seragam di tangannya. Seolah mengerti, Krasiva mengangguk dan membuka pintu kamar lebar, mempersilahkan Maya masuk.
Krasiva duduk deluan di ujung kasurnya. Diikuti Maya yang tak bisa berhenti tersenyum karena sikap Krasiva yang lumayan membaik sekarang. Atau mungkin hanya perasaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arkrasiv ☑️
RomanceTentang perjuangan untuk mendapatkan, namun yang pada akhirnya dia lepaskan. Krasiva benci peduli dan percaya pada orang lain. Lalu Arkara datang, mengubah yang asing menjadi biasa. Namun sayang, hal biasa tadi kemudian berubah lagi menjadi asing...