Krasiva menatap gelisah kursi yang masih kosong disampingnya. Ia sudah sampai disekolah, sedangkan Arkara belum. Padahal tadi yang berangkat deluan Arkara dan Manda. Keterlambatan Arkara entah kenapa membuat perasaan Krasiva tidak enak.
Bibirnya mengeluarkan desahan kecil. Krasiva benar-benar merutuki efek dari jatuh cinta ini. Dirinya lebih sering tersenyum dan tertawa, tak heran orang-orang disekitar menganggapnya aneh.
Krasiva mengangkat kepalanya yang tadi ia tidurkan diatas meja begitu melihat Arkara menaruh tasnya dibangku. Laki-laki itu tersenyum manis pada Krasiva, membuat matanya menyipit lucu.
"Pagi, by." Sapa Arkara. Krasiva gelagapan, kenapa ia merasa malu?
"Kamu sakit? Kok mukanya merah?" Arkara menempelkan punggung tangannya pada dahi Krasiva. Namun dengan cepat ditepis perempuan itu.
"Eh, kenapa?"
Kraisva menggeleng cepat. "Kok-kok aku kayak ngerasa ada yang terbang ya didalam perutku?"
Ucapan Krasiva mengundang tawa dari Arkara. Sejenak ia melupakan segala masalah yang ia hadapi. Krasiva lucu, gadis itu menggemaskan saat berkelakuan seperti ini.
"Itu namanya butterfly syndrome." Balas Arkara ketika tawanya sudah mereda.
"Emang ada?"
"Ada dong. Itu biasa terjadi sama orang-orang yang jatuh cinta."
Pipi Krasiva langsung merona mendengarnya. Membuat Arkara susah payah menahan tangannya agar tidak mencubit pipi itu.
"Kamu pernah ngalamin?" Tanya Krasiva kemudian.
"Pernah."
"Kapan?"
"Dipertemuan kita yang ketiga."
Krasiva mengeryit. Antara lupa dan bingung kapan terjadinya pertemuan mereka yang ketiga.
"Pertemuan kita yang ketiga itu saat kamu memperkenalkan diri dikelas ini. Kamu masih anak baru saat itu,"
Eh?
"Loh, itu bukannya pertama kalinya kita ketemu?"
Arkara menggeleng. "Iya, menurut kamu. Karena kamu gak tau, kalau sebelumnya kita pernah ketemu-ah atau bisa dibilang, aku yang liat kamu."
"Kapan?"
"Yang pertama, aku liat kamu didepan supermarket. Lagi ngerokok, sambil makan coklat."
Eh anjir. Krasiva menelan salivanya susah. Ternyata Arkara memang sudah mengenalnya jauh sebelum ini.
"Yang kedua, kita ketemu. Kamu liat aku, aku juga liat kamu. Tapi waktu itu kamu langsung buang muka. Ingat gak, waktu kamu jalan-jalan di Mall sendirian? Aku tepat jalan gak jauh disampingmu."
Krasiva ingat saat itu. Waktu itu ia berkeliling Mall hanya untuk mencari buku untuk dibaca Andra. Namun kejadian malam itu juga yang membuat penyakit Andra kambuh dan berakhir Krasiva pulang
dengan wajah babak belur."Aku... lupa-lupa inget, hehehe..."
Senyuman Krasiva yang lebih lebar membuat Arkara terperangah. Mengingat Krasiva yang dulu lebih sering ketus terhadapnya membuat Arkara bersyukur karna gadis itu berubah menjadi orang yang lebih ceria.
"Aku gak jatuh cinta pandangan pertama. Aku jatuh cinta pandangan ketiga. Waktu aku panggil kamu jodohku didepan kelas." Arkara bercerita. Membuat pertanyaan Krasiva soal perasaan Arkara terjawab.
"Kukira itu pertemuan pertama kita. Ternyata pertemuan ketiga,"
"Percaya gak didunia ini ada yang namanya kebetulan?" Tanya Arkara, duduknya sudah memiring menghadap Krasiva. Tangannya memainkan ujung rambut Krasiva. Jika dulu perempuan itu akan marah, namun sekarang Krasiva membiarkan saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arkrasiv ☑️
RomanceTentang perjuangan untuk mendapatkan, namun yang pada akhirnya dia lepaskan. Krasiva benci peduli dan percaya pada orang lain. Lalu Arkara datang, mengubah yang asing menjadi biasa. Namun sayang, hal biasa tadi kemudian berubah lagi menjadi asing...