Manda menatap binar ponsel ditangannya saat ini. Senyumnya merkah, pipinya mengembung karena memang tadinya masih ada makanan yang baru saja mau dia telan.
Maya sedang berbincang dengan Barra. Sedangkan Krasiva hanya menatap geli Manda yang berekspresi bodoh disebrangnya.
Meja makan malam ini sangat terasa hangat tidak seperti hari-hari biasanya. Bisa dibilang itu karena Krasiva yang mau mulai menerima adanya keluarga baru dikehidupannya.
"Krasiv, mau nambah?" Maya mengangkat piring berisi ayam kecap. Krasiva hanya menggeleng melas.
"Ini aja belum habis. Aku udah kenyang." Barra terkekeh. Mencubit pipi Krasiva. Senang rasanya melihat Krasiva berwarna seperti ini lagi.
"Papah ih! Sakit tau." Mendengar tawa disekitarnya. Manda mengalihkan tatapannya dari ponsel ke orang-orang dimeja makan yang kini sedang asik.
Manda tersenyum kecut. Dirinya tertinggal lagi karena terlalu asik dengan pesan yang dikirim Arkara.
"Eh, Mamah mau nanya dong." Maya mengusap punggung tangan Krasiva yang tadinya diatas meja. Maya memang sengaja duduk disamping Krasiva, menerima kesempatan saat gadis itu tidak menolak lagi saat diajak duduk bersama.
Manda yang melihat itu memalingkan tatapan. Jika dulu, dirinya lah yang berada disamping Maya. Namun sekarang, Krasiva sepertinya telah menggantikan semuanya.
Malas berfikir macam-macam, akhirnya Manda kembali fokus dengan pesan yang dikirim Arkara lagi. Mengabaikan pesan Raka.
"Tanya apa?"
"Cita-cita kamu mau jadi apa?" Krasiva termenung sebentar. Memikirkan.
"Apa ya?" Barra terkekeh lagi melihat ekspresi polos Krasiva yang terlihat bingung. "Pengen jadi guru-- eh gak jadi deh. Pengen jadi designer aja kayak mamah Kinan."
Barra berhenti terkekeh mendengar ucapan santai Krasiva. Maya langsung berhenti mengelus punggung tangan gadis yang sekarang sedang meneguk air putih itu.
"Sama pengen jadi mamah yang baik kayak tan-- eh maksudnya mamah Maya." Lanjut Krasiva. Barra menghela nafas lega, kagum dengan segala kejutan yang dimiliki Krasiva.
Maya hanya mengangguk. Tersenyum lebar dan mengelus pucuk rambut Krasiva.
Manda diam-diam mencuri pandang kepada dua orang yang duduk disebrangnya itu. Hatinya memanas melihat perhatian Maya kepada Krasiva. Belum lagi Barra yang sekarang semakin memanjakan Krasiva.
Katakan, jika diposisi Manda. Apa kalian tidak iri?
"Mah, temen Manda mau main kerumah lho." Celetuk Manda. Maya langsung menengok, begitupun Barra. Krasiva hanya diam ditempatnya.
"Oh ya? Siapa?"
"Angkasa bersaudara." Manda tersenyum lebar saat mengatakan itu. Maya mengangguk paham apa yang dimaksud Manda.
"Angkasa bersaudara?" Barra terlihat bingung. Dia memang belum tau apapun.
"Angkasa bersaudara itu Raka dan Arkara. Teman sekolah Manda. Mereka kakak adik."Jelas Maya yang membuat Krasiva langsung mendongak.
Sial! Dia lupa kalau Raka dan Arkara memang sering disebut Angkasa bersaudara karena nama belakang mereka yang sama.
"Cowok?" Manda mengangguk meng-iyakan pertanyaan Barra "Pacar kamu dong?"
Manda hanya terkekeh malu. Dalam hati berteriak senang. "Tebak pacar Manda yang mana."
"Yang Arkara?" Manda semakin terkekeh. Sebenarnya alasan Barra mencetuskan nama Arkara karena yang tersimpan di ingatannya hanya nama itu. Yang satunya, dia lupa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arkrasiv ☑️
RomanceTentang perjuangan untuk mendapatkan, namun yang pada akhirnya dia lepaskan. Krasiva benci peduli dan percaya pada orang lain. Lalu Arkara datang, mengubah yang asing menjadi biasa. Namun sayang, hal biasa tadi kemudian berubah lagi menjadi asing...